PENGARUH PEMBERIAN ENKAPSULASI MINYAK LEMURU (Sardinella longiceps) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix-coturnix japonica)

Minyak lemuru mengandung energi yang tinggi dan kaya akan asam lemak tak jenuh seperti asam lemak linolenat, linoleat, dan arakhidonat yang harus tersedia dalam ransum unggas. Sedangkan kekurangan asam linoleat dalam ransum unggas akan menimbulkan produksi telur berkurang, telur kecil dan daya tetas rendah. Penggunaan minyak lemuru secara langsung menemui beberapa kendala, diantaranya bahan penyusun ransum tidak dapat tercampur secara homogeny karena cenderung terdapat gumpalan-gumpalan. Ransum yang mengandung minyak lemuru juga mempunyai daya simpan yang relatif lebih pendek karena minyak mudah teroksidasi sehingga ransum mudah mengalami ketengikan serta menimbulkan bau amis pada ransum dan telur yang dihasilkan. Salah satu upaya untuk menanggulangi penggunaan minyak lemuru tersebut adalah dengan menggunakan teknologi enkapsulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian enkapsulasi minyak lemuru dalam ransum terhadap performans produksi telur puyuh. Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu dimulai pada tanggal 28 Januari sampai 25 Maret 2013, bertempat di Commercial Zone of Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu. Bahan penelitian yang digunakan adalah puyuh betina umur 13 minggu sebanyak 100 ekor. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuandan 5 ulangan masing-masing ulangan menggunakan 5 ekor puyuh. Perlakuan yang diberikan adalah P0 (sebagai kontrol), P1 (Ransum mengandung 3% enkapsulasi minyak lemuru), P2 (Ransum mengandung 6% enkapsulasi minyak lemuru), P3 (Ransum mengandung 9% enkapsulasi minyak lemuru). Variabel yang diamati meliputi konsumsi ransum, produksi telur, berat telur, dan konversi ransum. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya (ANOVA) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enkapsulasi minyak lemuru dalam ransum sampai taraf 9% berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap semua variabel yang diamati. Peneltian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan enkapsulasi minyak lemuru sampai taraf 9% tidak dapat memperbaiki performans produksi telur puyuh