Peran pelatihan dalam peningkatan kompetensi guru di sma negeri 1 kec. gunung toar kabupaten singingi propinsi riau

Terbentuknya Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999. Status daerah yang semula terdiri dari 5 kecamatan dan tergabung pada kabupaten induk berubah menjadi kabupaten sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan. Dalam rangka menjalankan otonomi daerah, peran sumberdaya manusia sangat penting, karena dinamika organisasi dipengaruhi oleh kinerja sumberdaya manusianya. Hal ini mengindikasikan bahwa guru dan tenaga kependidikan merupakan pilar utama bagi terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Profesionalisme guru merupakan komponen vital yang dapat menjamin kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Meskipun pengembangan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan sangat menentukan terhadap peningkatan kualitas pendidikan, akan tetapi kenyataan yang ada pengembangan profesi masih kurang memuaskan terhadap peningkatan kualitas terutama di daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 9 dijelaskan bahwa diwajibkan kualifikasi pendidikan guru minimal sarjana (S-1). Di Kabupaten Kuantan Singingi masih banyak guru yang memiliki kualifikasi pendidikan di bawah Diploma III (D-III). Guru yang berada di Kecamatan Gunung Toar yang memiliki kualifikasi pendidikan sarjana (S-1) hanya sebesar 38,8%, didukung juga dengan perolehan nilai Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2007/2008 untuk wilayah Kecamatan Gunung Toar masih rendah (rata-rata 6,04) dengan persentase tingkat kelulusan sebesar 85,65%. Melihat permasalahan tersebut, alternatif jangka pendek yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan. Pelatihan peningkatan kompetensi guru yang menjadi pedoman penelitian ini adalah pelatihan yang diadakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Dari uraian tersebut di atas terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi, yaitu: a. Pelatihan yang diberikan selama ini kepada guru tidak pernah dievaluasi efektivitasnya dalam kinerja guru, sehingga tidak dapat memberikan gambaran pengetahuan dan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari; b. Masalah kemampuan profesionalisme guru yang masih rendah berdasarkan tingkat pendidikan yang sebagian besar DIII ke bawah dan capaian nilai Ujian Nasional (UN) Tahun Ajaran 2007/2008 yang masih di bawah nilai rata-rata kabupaten dan propinsi di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Prop. Riau. Permasalahan di atas akhirnya memicu keraguan tentang kompetensi yang dimiliki oleh guru di Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. Oleh karena itu dengan melihat pentingnya kompetensi yang baik dimiliki oleh guru yang merupakan jabatan profesi, maka perlu untuk mengkaji seberapa besar peranan pelatihan dalam peningkatan kompetensi guru. Apabila diketahui peranan pelatihan berhubungan secara signifikan dalam indikator-inikator kompetensi guru, maka hasilnya dapat dipergunakan oleh pihak manajemen LPMP dan manajemen Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi dalam mengambil keputusan manajerial untuk meningkatkan kompetensi guru. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis keberhasilan program pelatihan yang ada pada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). (2) Menganalisis tingkat kompetensi guru pada cabang Dinas Pendidikan Kec. Gunung Toar Kab. Kuantan Singingi. (3) Menganalisis hubungan pelatihan dengan peningkatan kompetensi pada cabang Dinas Pendidikan Kec. Gunung Toar Kab. Kuantan Singingi. Penelitian ini dibatasi hanya pada guru dan siswa SMA yang berada di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Toar, karena guru SMA dianggap memiliki standar kompetensi paling tinggi dibandingkan guru SMP dan SD. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus untuk guru SMA dan metode stratified proportionate sampling untuk siswa SMA. Analisis data menggunakan rataan skor untuk mengetahui persepsi guru berdasarkan frekuensi mengikuti pelatihan dan persepsi siswa dalam mendukung kompetensi guru. Analisis data juga menggunakan uji Chi Square untuk menguji perbedaan persepsi antara guru berdasarkan frekuensi mengikuti pelatihan. Analisis data untuk mengetahui korelasi menggunakan korelasi Rank Spearman untuk mengetahui dan mengukur tingkat keeratan hubungan antar variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengelolaan data Rank Spearman diuji dengan menggunakan software SPSS 15.0 yang kemudian hasilnya digunakan dalam pembahasan dan dibandingkan dengan hasil rataan skor untuk implikasi manajerial bagi pihak manajemen Dinas Pendidikan. Berdasarkan hasil profil responden diperoleh seluruh responden pernah ikut pelatihan berbasis kompetensi dan hampir setengah dari responden (47%) telah lebih dari 1 kali ikut pelatihan berbasis kompetensi. Hasil rataan skor terhadap indikator-indikator pelatihan seperti reaksi dari program pembelajaran (4,09), proses pembelajaran (3,97), perilaku terhadap pekerjaan (3,91), hasil bagi organisasi (4,07), mutu terstruktur (3,75) dan fasilitas pelatihan (3,77) menunjukkan bahwa seluruh guru SMA Negeri 1 Gunung Toar memiliki persepsi terhadap pelatihan berbasis kompetensi sudah tinggi dalam arti bahwa pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi sudah baik. Kecuali ada persepsi dengan kriteria sedang yaitu dalam indikator mutu terstruktur (2 pernyataan) dan fasilitas pelatihan (3 pernyataan). Di dalam mutu terstruktur mengenai disiplin instruktur (3,38) dan post test yang dilakukan selalu berjalan efektif (3,28). Dalam fasilitas pelatihan seperti kenyamanan ruang belajar (3,27), ketersediaan fasilitas (3,15) dan respon atas kekurangan fasilitas (3,29). Hasil rataan skor terhadap indikator-indikator kompetensi guru seperti kompetensi paedagogik (4,22), kompetensi kepribadian (4,26) sudah sangat baik. Kemudian diikuti oleh kompetensi profesional (3,98), kompetensi sosial (3,73) juga sudah baik dimiliki oleh guru di Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Gunung Toar. Persepsi siswa terhadap guru juga sudah baik dengan rataan skor sebesar 3,54. Hasil uji uji Chi Square persepsi guru terhadap kompetensi tidak terdapat perbedaan persepsi berdasarkan profil responden guru. Berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan dan masa kerja, tidak terdapat perbedaan persepsi terhadap kompetensi guru. Hasil uji chi square terhadap kompetensi guru memperlihatkan bahwa t-hitung sebesar 82,84 dengan derajad kebebasan (df) = 2. Nilai derajad kebebesan (df) sebesar 2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh t-tabel sebesar 5,59. Kesimpulannya tidak terdapat perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi guru berdasarkan kelas pada kompetensi guru di SMA Negeri 1 Kecamatan Gunung Toar. Hasil uji Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan kompetensi, sedangkan antara pelatihan dan indikator-indikator kompetensi paedagogik dan kompetensi profesional terdapat hubungan yang signifikan. Antara pelatihan dengan kompetensi sosial tidak terdapat hubungan yang signifikan. Rekomendasi yang dapat diberikan dari penelitian ini bagi manajemen Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau dan manajemen sekolah adalah rendahnya peranan pelatihan dalam peningkatan kompetensi guru terutama pada kompetensi paedagogik, kepribadian dan profesional perlu dilakukan pembenahan dalam metode dan program pelatihan. Walaupun persepsi guru mengenai program dan metode pelatihan sudah berlangsung dengan baik, tapi perlu dievaluasi ulang tentang metode dan program pelatihan yang telah dilaksanakan agar diperoleh hubungan pelatihan yang kuat dalam meningkatkan kompetensi guru. Dari segi kompetensi guru, Rencana dan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah dirancang dengan baik oleh guru. Hal ini harus bisa lebih ditingkatkan lagi, sehingga diharapkan manajemen Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah untuk lebih meningkatkan supervisi pendidikan dalam mengevaluasi kemampuan guru dalam merancang RPP yang dibuat oleh guru. Berdasarkan persepsi siswa, penerapan metode diskusi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat diterima siswa dengan baik. Hal ini perlu ditetapkan oleh guru secara bersinambung, karena akan memacu kreativitas peserta didik. Keadaan tersebut sudah mengindikasikan bahwa kompetensi guru sudah sesuai dengan tuntutan belajar siswa. Hal-hal yang disarankan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini hanya menganalisis pelatihan dengan kompetensi guru dengan objek satu sekolah. Diharapkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dilakukan pengkajian tentang budaya kerja dan motivasi kerja guru yang mempengaruhi kinerja guru. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kompetensi guru, karena uji korelasi Rank Spearman hanya mengukur kekuatan hubungan pelatihan dengan kompetensi guru