Rekayasa Sistem Informasi Strategis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk Meningkatkan Daya Saing: Studi Kasus Bank Perkreditan Rakyat Talabumi Leuwiliang

Pada era globalisasi yang juga disebut dengan abad informasi, informasi merupakan komoditi yang sangat berharga. Masyarakat pada abad ini telah mengalami perubahan ke arah masyarakat infomasi dengan ilmu pengetahuan sebagai basis kerjanya (knowlege worker). Kondisi ini pun membawa dampak terhadap strategi pengembangan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengembangkan dirinya melewati berbagai batasan di atas. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai unit bisnis juga tidak terlepas dari pengaruh perubahan informasi yang cepat ini. Sebagai bank yang secara operasional lebih menyentuh pada kegiatan ekonomi masyarakat seyogyanya berada pada tingkat daya saing yang menguntungkan. Artinya, pada kompetisi yang semakin ketat, BPR harus lebih efisien dan inovatif dalam mengaplikasikan usahanya (misalnya dengan kredit usaha tani yang ditinggalkan oleh bank-bank besar, karena dianggap beresiko tinggi). Ini berarti perlu perbaikan strategi pasar yang lebih berorientasi pada utilisasi informasi. Untuk itu diharapkan BPR mampu melakukan penyempurnaan sistem dalam penyusunan program, evaluasi dan monitoring, terutama dalam operasionalisasi usaha. Kondisi ini membutuhkan ketersediaan informasi yang sudah berada pada alur Sistem Informasi Strategis (SIS) dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM). Implikasinya, informasi merupakan hal strategis dan penting yang harus dibenahi. Langkah-langkah penting yang diperlukan untuk membangun Sistem Informasi Strategis dalam meningkatkan daya saing BPR adalah: (1) melakukan identifikasi dan melengkapi sistem pendataan sebagai dasar penyusunan Sistem Informasi Strategis; (2) membangun sumberdaya informasi strategis untuk menunjang keputusan-keputusan manajerial dan keterkaitannya dengan lembaga pendukung; dan (3) membuat Sistem Informasi Strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan inovasi bisnis. Sistem Informasi Strategis dapat berperan dalam: (1) menyediakan informasi bagi manajemen dalam membuat keputusan-keputusan strategis; (2) menyediakan informasi bagi lembaga pendukung sebagai alat ukur kinerja BPR, dan (3) menyediakan informasi yang up-to-date dan secara akumulatif membangun sumberdaya informasi strategis sebagai dokumen penting dalam meningkatkan kualitas manajemen dan daya saing BPR. Ruang lingkup pengembangan Sistem Informasi Strategis dibatasi pada komponen minimal, yaitu Data, Prosedur, dan Orang (Kroenke, 1992:21). Komponen tambahan seperti Hardware dan Program tidak dibuat, tetapi keduanya dianalisis dalam konteks keterkaitannya dalam Sistem Informasi Strategis. Selain itu, dilakukan studi literatur yang meliputi berbagai aspek manajemen dan sistem informasi, khususnya sistem informasi manajemen. Geladikarya ini dilaksanakan di BPR Talabumi Leuwiliang yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat selama 2 bulan, dari bulan Januari sampai Februari 1997. Metoda rekayasa sistem yang digunakan adalah Pendekatan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle/SDLC), dan merupakan studi kasus. Data penelitian diperoleh dari data primer yang meliputi wawancara dan data sekunder dari BPR dan lembaga terkait lainnya. Alat bantu analisa dan perancangan data digunakan: (1) Entity-Relutionship Diagrams (ERD), (2) Network Diagrams, dan (3) Data Flow Diagrams (DFD). Secara umum, BPR Talabumi Leuwiliang telah melakukan operasionalisasi perbankan selayaknya sebuah bank perkreditan. Persyaratan-persyaratan operasional yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) telah dipenuhi. Namun, demikian Bank Talabumi Leuwiliang masih memerlukan beberapa perbaikan, terutama dalam aspek manajemennya. Saat ini, Direktur BPR Talabumi sedang melakukan perbaikan-perbaikan tersebut. Oleh karenanya pembangunan sistem informasi strategis yang diusulkan ini sangat relevan dengan kebutuhan BPR Talabumi Leuwiliang. Bank Talabumi Leuwiliang masih belum memanfaatkan secara maksimal manfaat informasi dan kebutuhan akan data-data. Sebagian besar data yang ada di BPR Talabumi Leuwiliang merupakan data operasional berupa: (a) data keuangan, (b) data nasabah kredit, dan (c) data nasabah tabungan dan deposito, sedangkan data karyawan masih dalam pembenahan. Sampai saat ini, BPR Talabumi Leuwiliang belum memanfaatkan data atau informasi dari lembaga lain yang berada di Leuwiliang, seperti dari Kecamatan dan Pasar secara aktif. Informasi yang sering diterima oleh BPR Talabumi berasal dariBI yang berupa hasil evaluasi BI terhadap BPR Talabumi Leuwiliang atas dasar laporan periodik yang diterima BI. Transformasi data menjadi informasi masih sebatas pada laporan-laporan internal maupun eksternal, terutama laporan perkembangan keuangan dan kredit. Keduanya merupakan sumberdaya informasi penting bagi operasionalisasi BPR Talabumi Leuwiliang. Dengan demikian, pembenahan manajemen pun ditekankan pada kedua ha1 tersebut, sehingga keterlibatan level manajemen pada kedua aspek ini sangat intensif. Saat ini terdapat dua tipe jangka waktu kredit, yaitu mingguan (16 minggu) dan bulanan (10 sampai 12 bulan). Dalam jangka panjang, kredit bulanan akan dijadikan pola kredit utama dengan proporsi yang lebih besar, sedangkan kredit mingguan hanya sebagai penunjang untuk menjaga kendali perputaran uang. Pemberian jasa tabungan dilakukan setiap akhir bulan, dengan perhitungan tingkat bunga (17%) dikalikan saldo terendah awal bulan dan dikurangi pajak bunga (15%). Jenis Tabungan BPR Talabumi Leuwiliang adalah "Tabungan Persada". Nasabah tabungan sebagian besar adalah nasabah kredit, sehingga pengumpulan dana dari tabungan ini relatif lambat, bahkan beberapa nasabah hanya sekali menabung karena langsung dipotong dari nilai kredit. P T.BPR Talabumi Leuwiliang kesulitan untuk mengajak masyarakat agar mau menyimpan uangnya dalam jumlah besar. Karena itu, sampai saat ini pun belum ada seorang pun masyarakat Leuwiliang yang mendepositokan uangnya di BPR Talabumi Leuwiliang. Dengan demikian, deposito yang ada berasal dari pemegang saham terbanyak berupa deposito berjangka 12 bulan. Perbedaan antara laporan Standar BI dengan yang dimiliki oleh BPR Talabumi Leuwiliang, selain pada formatnya juga pada penyandiannya. Untuk itu, dalam Sistem Informasi Keuangan, perlu penyesuaian penyandian. Ada dua cara yang dapat ditempuh dalam penyesuaian penyandian, yaitu (1) penyesuaian tanpa merubah masing-masing sandi dan, (2) penyesuaian dengan merubah sandi BPR Talabumi Leuwiliang ke Standar BI. Saat ini, BPR Talabumi Leuwiliang sedang melakukan pembenahan sumberdaya manusia. Pemasaran aktif masih belum menjadi perhatian BPR Talabumi Leuwiliang, karena pada kondisi saat ini nasabah mendatangi BPR atau masyarakat yang membutuhkan BPR. Dengan kondisi seperti ini, BPR masih dapat melakukan intervensi pada pasar, misalnya dengan dari mulut ke mulut atau pemampangan papan nama di depan kantor. Ini berirnplikasi pada tidak adanya posting biaya dan alokasi tenaga kerja ke pemasaran. Sistem Informasi Manajemen Bank Perkreditan Rakyat (SIM-BPR) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak manajemen dan pihak lain yang berkompeten dengan BPR dalam rangka efisiensi, inovasi, dan pembangunan sumberdaya informasi sebagai basis pengambilan keputusan strategis, baik berupa keputusan yang bersifat operasional (rutin dan insidentil) ataupun perencanaan. SIM-BPR ini akan dibagi dalam dua kategori, yaitu Sistem Informasi fungsional (SIF) dan Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System/EIS) . SIF terdiri dari Sistem Informasi Jasa (SIJ), Sistem Informasi Keuangan (SIK), Sistem Informasi Sumberdaya Manusia (SISDM), dan Sistem Informasi Pemasaran (SIP). Keempat sistem informasi ini akan ditunjang oleh data yang diperoleh dari Sistem Informasi Pembukuan (Sistem Informasi Akuntansi/SIA). Ketersediaan data Sistem Informasi Eksekutif (SIE) adalah dari SIF dan khusus dikonsumsi informasinya oleh tingkat top manajer (Direktur BPR Talabumi Leuwiliang). Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh Direktur, SIE harus didukung oleh ketersediaan software atau program komputer yang siap pakai, misalnya paket DBMS, paket spreadsheet, paket grafik, paket words, paket disain, dan aplikasi yang dibuat sendiri. Ada kesan bahwa rekayasa SIM-BPR kurang relevan dan cenderung memerlukan biaya tinggi. Pada pertumbuhan dan perkembangan BPR yang semakin cepat, nilai strategis SIM-BPR akan semakin tinggi. Penerapan SIM-BPR secara langsung akan mengurangi biaya operasional yang menjadi beban BPR dan biaya lain yang dibebankan ke nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi ekonomisnya. Sistem Informasi Manajemen BPR (SIM BPR) secara teoritis diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, daya inovasi dan membangun sumberdaya informasi strategis. Implementasi dari sistem yang diusulkan ini hendaknya dilakukan untuk dievaluasi. Meskipun demikian, keputusan implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada BPR Talabumi Leuwiliang