Analisis Strategi Pemasaran Ekspor Produk Tekstil Di PT. Primissima

Indonesia yang sedang membangun di segala bidang memerlukan devisa yang besar untuk melaksanakan pembangunan tersebut. Pada awal-awal pembangunan pada masa pemerintahan Orde Baru perolehan devisa serta dari ekspor migas merupakan andalan untuk membiayai pembangunan. Namun dengan menurunnya harga minyak mentah dunia pada dekade delapan puluh, pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk menggalakkan ekspor komoditas non-migas untuk menutup kekurangan devisa akibat penurunan harga minyak tersebut. Untuk maksud tersebut pemerintah mengeluarkan deregulasi di bidang ekonomi guna mempermudah arus barang dan merangsang dunia usaha untuk melaksanakan ekspor. Produk tekstil adalah salah satu komoditas ekspor Indonesia yang mengalami peningkatan volume ekspornya dalam beberapa tahun terakhir ini. PT. Primissima adalah salah satu produsen tekstil yang berdomisili di Medari, Sleman, Yogyakarta. Perusahaan didirikan pada tanggal 22 Juni 1971 merupakan joint venture antara Pemerintah dan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Tujuan utama perusahaan pada saat didirikan adalah menjadi produsen tekstil untuk memenuhi permintaan bahan baku batik halus berupa Cambrics (mori) dan grey. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah untuk menggalakkan ekspor komoditas non-migas, PT. Primissima sejak tahun 1986 telah melaksanakan ekspor ke lnggris. Volume ekspor sejak tahun 1986 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 1991, kemudian secara fluktuatif menurun dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1996. Sebagai gambaran volume ekspor tahun 1986 sebesar 350.000 yard, tahun 1989 sebesar 11.503.000 yard dan pada tahun 1991 sebesar 13.990.031 yard. Sedangkan sejak tahun 1992 volume ekspor menurun yaitu tahun 1992 sebesar 12.111.748 yard, tahun 1994 sebesar 11.287.388 yard, tahun 1995 sebesar 6.466.067 yard dan pada tahun 1996 sebesar 10.590.98 yard. Dari data diatas diperoleh gambaran bahwa masalah utama yang sedang dihadapi oleh PT. Primissima adalah penurunan kinerja ekspornya. Guna mengetahui sebab-sebab penurunan kinerja tersebut dan bagaimana memilih alternatif strategi yang sesuai untuk perusahaan maka diperlukan : 1. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada (Analisis SWOT). 2. Analisis Strategi Pemasaran Ekspor yang diterapkan saat ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha, dan dengan membandingkan antara Rencana dan Realisasi Ekspornya. Dari data tahun 1990 sampai dengan tahun 1996 diperoleh kesimpulan bahwa walaupun realisasi ekspor pada tahun 1994 dan tahun 1996 dapat memenuhi target, namun tidak menggambarkan keberhasilan usaha karena ternyata rencana ekspor untuk tahun-tahun tersebut diturunkan yaitu dari 11.882.472 yard menjadi 10.990.175 yard pada tahun 1994, dan dari 10.248.163 yard menjadi 9.695.777 yard pada tahun 1996. 3. Menyusun alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Alternatif strategi ini disusun dengan menggunakan bantuan Matriks SWOT. Dari Matriks SWOT diperoleh 4 alternatif strategi yaitu SO, WO, ST dan WT. 4. Untuk menentukan alternatif strategi yang sesuai, ditetapkan kriteria yang mengacu pada misi dan tujuan perusahaan. Perbandingan juga dilakukan dengan Rencana Strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang dengan maksud untuk menilai apakah Rencana Strategi tersebut telah sesuai dengan misi dan tujuan perusahaan. Adapun kriteria untuk strategi terpilih harus memenuhi/sesuai misi dan tujuan perusahaan yaitu : a. Meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. b. Meningkatkan pemasaran terutama ekspor. c. Memantapkan manajemen perusahaan. d. Mendayagunakan mesin yang ada secara maksimal. e. Meningkatkan daya saing produk. Dari hasil analisis strategi SO, WO, ST dan WT, dan dengan membandingkan dengan Rencana Strategi Pemasaran Ekspor, yang dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut adalah strategi WO. Strategi WO lebih menekankan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada di dalam perusahaan dan kemudian memanfaatkan peluang-peluang yang masih terbuka. Dengan Strategi WO, perusahaan akan melakukan reorganisasi terutama pembentukan Departemen Ekspor dan Bagian R&D. Dengan dibentuknya dua bagian tersebut maka pengembangan pasar dan pengembangan produk akan dapat dikelola secara lebih baik karena masing-masing fungsi telah ada penanggung jawabnya. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan dapat di fungsikan secara optimal sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kinerja perusahaan