Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pengadaan Beras Dalam Negeri Badan Urusan Logistik

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berdasarkan Keputusan Presiden R.I. nomor 50 Tahun 1995 mempunyai tugas pokok mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalarn rangka menjaga kestabilan harga dan mutu bahan pangan dan pakan bagi produsen dan konsumen, serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan urnurn pemerintah. Guna mencapai hal tersebut, BULOG melaksanakan fungsi-fungsi operasional : (a) Pengadaan/pembelian dalam negeri, (b) Pengadaan luar negeri (impor), (c) Penyebaran stok, (d) Penyaluran kepada golongan anggaran dan penjualan ke pasaran umum, (e) memeliharalmerawat persediaan untuk operasi maupun untuk penyangga. Pengadaan dalarn negeri bertujuan untuk : (a) menjamin agar petani memperoleh harga yang layak (harga dasar) sehingga tetap bergairah meningkatkan produksi padi, (b) menyediakan stok pemerintah untuk keperluan golongan anggaran dan pasaran umum guna menjarnin harga yang layak bagi konsumen. Pemerintah tidak menetapkan target kuantum pengadaan dalarn negeri, karena sasaran utama pengadaan dalam negeri adalah pengamanan harga dasar dan stabilitas harga pangan pada umumnya. Pemerintah mengutamakan penggunaan stok dari dalam negeri lIntlik mengendalikan stabilitas harga beras nasional. Impor hanya dilakukan bila hasil pengadaan dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan operasional BULOG tersebut di atas. Permasalahan yang dihadapi BULOG adalah berfluktuasinya jumlah pengadaan dalam negeri, sehingga menyulitkan penyusunan rencana operasional (prognosa) secara akurat. Dengan demikian, bila BULOG dapat memprediksi jumlah pengadaan dalarn negeri dengan lebih akurat, maka penyusunan prognosa pun akan dapat dilakukan dengan lebih ak.-urat pula, sehingga segala sesuatunya dapat dipersiapkan dengan lebih baik. BULOG membeli beras yang ditawarkan di pasaran umum, yaitu bagian produksi yang tidak ditahan petani untuk berbagai keperluannya sendiri (seperti konsumsi, benih, pakan, cadangan, susutltercecer dan lain-lain) yang dinamai marketed supply (MS). Dengan demikian jelas jumlah pengadaan dalam negeri akan dipengaruhi oleh jumlah MS tersebut. Berdasarkan kajian beberapa penulis (Silitonga, 1979; Tim BULOG-IPB, 1980; Mears, 1981; Timmer dan Silitonga, 1985; Ismet, 1988 dan Timmer, 1995) telah diidentifikasi beberapa faktor utarna yang berpengaruh terhadap jumlah MS dan pengadaan beras dalarn negeri BULOG, yaitu juuliah produksi beras, deviasi produksi beros aktual terhodap trend produksi yang diharapkan pada tahun bersangkutan dan tahun lain, dan selisih harga beras eceran dengan hargo pembelian beras oleh BULOG. Berdasarkan pengalarnan lapangan dan pengarnatan pribadi, diduga bahwa jumlah stok beras yang dikuasai BULOG pada awal tahun sebelum miliainya musim pengadaan berpengaruh terhadap pelaksanaan pengadaan dalarn negeri, sehingga juga akan mempengaruhi jumlah pengadaan dalam negeri. Atas dasar hal tersebut di atas, perumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut : "Adakah pengaruh nyata dari produksi beras, deviasi produksi tahun bersangkutan dan tahun lalu, selisih harga beras eceran dengan harga pembelian BULOG, dan stok beras BULOG awal tahzln, terhadap jumlah pengadaan beras dalam negeri BULOG, dan berapa besaran pengaruh tersebut ?" Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan dan besaran pengaruh faktorfaktor tersebut di atas terhadap jumlah pengadaan dalarn negeri BULOG. Dengan diketahuinya sifat hubungan dan besaran pengaruh tersebut, maka manajemen dapat memperkirakan jumlah pengadaan beras dalarn negeri secara lebih dini dan lebih akurat karena didukung oleh metode analisis data yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian dapat disusun prognosa operasional BULOG yang lebih baik, sehingga BULOG dapat lebih efektif dan efisien dalam menggunakan sumber dayanya. Secara matematis, hubungan antara faktor-faktor tersebut di atas dapat ditulis sebagai berikut : PDN, = f (MS, • SB,) (1) MS, = f (PROD, . DEV, • DEV,., . SHB,) (II) Persamaan (I) dan (II) digabung menjadi : PDN, = f (PROD, , DEV, ,DEV,., ,SHB, , SB,) Hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : Pertarna, pengadaan dalam negeri (PDN,) berkorelasi positif dengan produksi (PROD, ), deviasi produksi tahun berjalan (DEV, ) dan tahun lalu (DEV,_. ). Dengan demikian, makin besar produksi, deviasi produksi tahun berjalan dan tahun lalu, makin besar pula pengadaan dalam negeri. Kedua, pengadaan dalam negeri (PDN,) berkorelasi negatif dengan selisih harga eceran beras terhadap harga pembelian BULOG (SHB, ), dan dengan stok beras awal tahun (SB, ). Dengan demikian makin besar selisih harga dan / atau stok beras awal tahun, makin kecil jumlah pengadaan dalam negeri. Penelitian dilakukan di kantor BULOG, menggunakan metode penelitian deskriptif. Data kuantitatif sejak 1969 - 1995 yang relevan dikumpulkan dan diolah guna menguji hipotesis tersebut di atas dengan menggunakan metode statistik yang baku. Analisis dilakukan dua tahap. Tahap perlama mencari persamaan penduga produksi beras untuk mencari nilai residuals-nya yang merupakan deviasi produksi yang diperlukan dalam anal isis tahap kedua. Didapatkan bahwa pendugaan produksi terbaik adalah dengan menggunakan metode analisis regresi berganda linier, dengan memasukkan trend waktu dan autoregresi dengan beda kala (lag) I periode. Tahap kedua mencari persamaan penduga pengadaan dalam negeri, dengan menggunakan metode regresi berganda linier dengan faktor penduganya yaitu produksi, deviasi produksi tahun berjalan dan tahun lalu, selisih harga beras dan stok beras BULOG awal tahun. Pengolahan data dilakukan dengan komputer, menggunakan perangkat lunak QSB version 3.0 dan Minitab release 7.2. Persamaan penduga produksi adalah sebagai berikut : PROD, = - 479.226 + 245,3 TAHUN + 0,7145 PROD,./ dan persamaan penduga pengadaan dalam negeri adalah sebagai berikut : PDN = 151,6 + 0,0776 PROD + 0,433 DEV, + 0,521 DEV,., -1486 SHB - 0,307 SB Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa terbukti terdapat hubungan korelasi positif yang sangat nyata antara pengadaan dalam negeri dengan produksi, deviasi tahun berjalan dan deviasi tahun lalu, karena koefisien ketiga variabel tersebut bertanda positif dan dengan probabilitas 0,000 (artinya sangat nyata pada taraf kesalahan 1%). Dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima. Selanjutnya, pengadaan dalam negeri nyata berkorelasi negatif dengan selisih harga beras dan dengan stok awal tahun beras BULOG, karena koefisiennya bertanda negatif dengan probabilitas masing-masing 0,034 dan 0,082 (artinya nyata pada taraf kesalahan 5% dan 10%). Dengan demikian hipotesis keduajuga dapat diterima. Dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka prediksi pengadaan dalam negeri tahun 1996 adalah sebesar 1.728,4 ribu ton, dengan selang dugaan antara 1.365,8 - 2.090,9 ribu ton. Dibandingkan dengan realisasi pengadaan dalam negeri 1996 berdasarkan data terakhir sebesar 1.430,3 ribu ton, maka angka realisasi ini 298 ribu ton (17%) di bawah nilai dugaan. Berarti dapat dinyatakan bahwa metode pendugaanjumlah pengadaan dalam negeri dengan pendekatan seperti diuraikan dalam kajian ini cukup dapat dianda/kan da/am merama/kan jum/ah pengadaan da/am negeri. Namun penggunaan model untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang tidak dianjurkan, karena terJalu banyak faktor yang harus diasumsikan, sehingga akan memperbesar kemungkinan penyimpangan hasil perkiraan. Kajian ini memberikan indikasi bahwa pengadaan dalam negeri akan membesar apabila produksi beras nasional cukup besar dan meningkat terus melebihi dugaan produksi berdasarkan trend, sehingga memberikan deviasi positif. Di samping itu nisbah selisih harga eceran beras terhadap harga pembelian BULOG hendaknya tidak terlalu besar. Selanjutnya stok beras BULOG pada awal tabun sebaiknya tidak terlalu besar namun masih cukup aman untuk mengendalikan stabilitas harga beras di pasar. Untuk itu maka upaya peningkatan produksi beras nasional harus tems dilakukan. Di lain pihak penetapan harga dasar gabahlharga pembelian beras BULOG harus seimbang dengan tingkat harga beras eceran yang terjadi di pasar umum. Selain itu BULOG harus tetap mampu mengendalikan stabilitas harga beras, serta harus mampu mengendalikan stok BULOG pada tingkat yang efektif namun efisien. Guna meningkatkan akurasi peramalan tingkat produksi beras nasionai, perlu dikaji kemungkinan memasukkan antara lain faktor curah hujan (iklim/cuaca) dan Iuas tanam dalam model pendugaan produksi. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai faktor penentu jumlah pengadaan dalam negeri, perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan menganalisa data terinci per daerah, khususnya daerah-daerah dengan bobot pengadaan terbesar, serta data per periode (bulanan I triwulanan). Oleh karena unsur prognosa BULOG yang fluktuatif sifatnya selain pengadaan dalam negeri adalah operasi pasar, maka dirasa perlu untuk dikembangkan pula model penaksir jumlah operasi pasar. Dengan diketabuinya prediksi pengadaan dalam negeri dan operasi pasar pada suatu periode tertentu, maka manajemen akan lebih mudah menetapkan periu tidaknya dilakukan impor untuk menjamin terlaksananya operasi BULOG secara efektif dan efisien. Guna meningkatkan kemampuan BULOG dalam mengendalikan tingkat stok yang efektif dan efisien, periu disempumakan konsep MSR (minimum stock requirement) yang telah dikenal oleh BULOG selama ini. Di samping itu fasilitas pergudangan BULOG perlu ditambah, khususnya di daerah-daerah yang bam berkembang di Luar Jawa, sehingga daya tampung dapat ditingkatkan. Dengan demikian faktor hambatan psikologis para pelaksana di daerah dapat dihilangkan, sehingga tugas pengamanan harga dasar dapat dilaksanakan tanpa dibebani kekhawatiran akan terjadi kelebihan persediaan di luar daya tampung fasilitas pergudangan BULOG