esatuan transenden agama-agama dalam pandangan IBN Arabi rumi dan al-Jili

Disertasi ini membuktikan bahwa Ibn �Arabi>, Ru>mi>, dan al-Ji>li> menganut paham kesatuan transenden agama-agama yang ditunjukkan dengan data-data mengenai kesatuan esensi, kesatuan ketuhanan, kesatuan Sumber atau Asal jalan (syari�at), kesatuan sumber kitab-kitab suci, kesatuan makna, kesatuan tujuan penghambaan, dan Agama Cinta. Temuan disertasi ini menunjukkan bahwa kesatuan agama-agama terletak pada wilayah transenden atau esoterik, yaitu yang melampaui bentuk-bentuk formal keagamaan seperti syari�at, doktrin, ajaran dan ritus. Sejauh yang diungkapkan, pada wilayah ini tidak ada kategorisasi, perbedaan, dan pertentangan. Yang ada hanya kesatuan. Kesatuan itu bersifat absolut dan independen. Kesatuan, dalam diskursus filsafat, diyakini merupakan sifat utama dari yang transenden, dan transendensi merupakan sifat utama dari wilayah esoterik. Pada bentuk-bentuk agama historis yang terjadi adalah perbedaan-perbedaan bahkan pertentangan satu sama lain. Meski berbeda bentuk, namun perbedaan-perbedaan di antara agama-agama tidak bersifat mutlak, independen, dan terpisah, melainkan diikat oleh satu kesatuan, yaitu sama-sama berasal dari Tuhan Yang Esa dan Sama dan akan berujung kepada-Nya jua. Data-data tentang kesatuan menunjukkan bahwa model esoterik sebagai wilayah yang menyatukan agama-agama adalah model esoterik-metafisik, dalam arti esoterik dalam pengertiannya sebagai yang metafisik (Tuhan): semua berujung kepada Tuhan. Kesimpulan dalam disertasi ini membantah asumsi-asumsi yang menyatakan bahwa Ibn �Arabi>, Ru>mi>, dan al-Ji>li> tidak menganut dan mengajarkan konsep kesatuan agama-agama sebagaimana dinyatakan oleh Su�a>d al-H}aki>m, Sani Badron, Anis Malik Thoha, Syamsuddin Arif, dan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Disertasi ini juga membantah pandangan yang menyatakan bahwa kaum sufi telah tergelincir menjadi sesat dan kafir karena menyamakan semua agama dan membentuk agama baru dengan menganut paham kesatuan agama-agama sebagaimana dinyatakan oleh �Abd al-Rah{ma>n al-Waki>l. Dengan data-data yang komprehensif, kesimpulan dalam Disertasi ini memperkuat teori para sarjana tasawuf yang menyatakan bahwa ketiga sufi menganut paham kesatuan transenden agama-agama sebagaimana dinyatakan oleh Frithjof Schuon, Seyyed Hossein Nasr, Nicholson, Abu> al-�Ala> �Afi>fi>, �Abd al-Qa>dir Mah{mu>d, William Chittick, John Hick, Muh{ammad Mus{t{afa> H}ilmi>, Buya Hamka, Mahmut Aydin, Kautsar Azhari Noer, Mulyadhi Kartanegara, dan Yunasril Ali. Selain itu, disertasi ini menyempurnakan penelitian yang dilakukan oleh Syahrul A�dam dan mengkritik pandangan para sarjana tersebut karena mereka mengabaikan data-data mengenai klaim kesempurnaan Islam dan kritik-kritik terhadap agama dan keyakinan non-Islam yang ditunjukkan oleh ketiga sufi. Model penelitian ini adalah kepustakaan dengan merujuk langsung kepada karya-karya (primer) ketiga sufi dan karya-karya (sekunder) para sarjana yang ahli tentang mereka, dengan pendekatan hermeneutik rekonstruksi dengan cara melakukan interpretasi gramatis dan psikologis