Akulturasi budaya lokal dalam upacara kematian masyarakat Kuta Tinggi, Aceh Barat Daya

Studi Upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Kuta Tinggi tidak murni dilakukan dengan cara yang dianjurkan oleh agama Islam, hal ini terjadi karena adanya pencampuran antara budaya lokal dengan agama Islam, mengingat bahwa sebelum datangnya Islam ke Aceh, masyarakat Aceh sudah memiliki kepercayaan terlebih dahulu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana akulturasi terhadap upacara kematian di Kuta Tinggi. Untuk menemukan jawaban yang efektif atas penelitian tersebut penulis menggunakan pendekatan antropologi sosial agama dan menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai metode untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, soal-soal upacara, dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah akulturasi yang terjadi di Kuta Tinggi, Aceh Barat Daya di karenakan masuknya ajaran Hindu dan ajaran Islam yang akhirnya bercampur dengan adat sehingga menjadi suatu budaya yang baru. Masyarakat di Kuta Tinggi melakukan upacara adat akan tetapi upacara adat tersebut diiringi dengan bacaan-bacaan doa. Hal ini senada dengan hadih madja (Pepatah) yang menjadi alat kendali sosial pada masyarakat Aceh yang berbunyi ?Hukom ngon adat han jeut cre, lagee zat ngen sipeut? (Hukum dan adat tidak boleh pisah, layaknya zat dan sifat) dan ?Hukom meunyo hana adat tabeu, adat meunyo hana hukom bateu? (hukum jika tanpa adat hambar, adat jika tanpa hukum batal)