Mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama di sma 2 kudus

Tujuan dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan bimbingan kelompok teknik sosiodrama yang efektif untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas pada siswa kelas XI IPS 3 di SMAN 2 Kudus tahun 2018/2019.2. Untuk mendeskripskan hasil layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dalam mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas pada siswa kelas XI IPS 3 di SMAN 2 Kudus tahun ajaran 2018/2019. Kecemasan berkomunikasi di depan kelas adalah situasi yang terancam, tidak menyenangkan, yang diikuti oleh sensasi fisik, psikis akibat kekhawatiran karena tidak mampu menyesuaikan atau menghadapi situasi saat berkomunikasi di depan kelas tanpa sebab yang pasti, yang muncul sebelum atau selama berkomunikasi. Layanan bimbingan kelompok adalah salah satu layanan dalam bimbingan kelompok yang dapat digunakan untuk memantau siswa dalam memecahkan permasalahannya dalam suasana bimbingan kelompok. Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Hipotesis penelitian: 1. Ada peningkatan keterampilan peneliti dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus tahun pelajaran 2018/2019. 2. Teratasinya kecemasan berkomunikasi melalui layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama yang efektif untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas di SMAN 2 Kudus. Jenis penelitian PTBK dengan tahap: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi yang dilakukan dalam dua siklus penelitian, setiap siklus dilakukan tiga kali pertemuan. Subyek penelitian adalah 8 siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus tahun pelajaran 2018/2019. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif deskriptif. Hasil penelitian peneliti uraikan pada pra siklus anggota kelompok (siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus) mendapatkan skor 145 dengan rata-rata 18,125 dan rata-rata persentase 45,3125% dalam kategori kurang. Pada siklus I pertemuan 3 mendapatkan skor 165 dengan rata-rata 20,25 dan rata-rata persentase 50,625% dalam kategori kurang. Pada siklus II pertemuan 3 mendapatkan skor 248 dengan rata-rata 31 dan rata-rata persentase 77,5% dalam kategori Bagus. Simpulan dalam penelitian sebagai berikut: 1. Aktivitas peneliti dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik self control pada siklus I memperoleh skor 65 (65%) kategori (Cukup), pada siklus II memperoleh skor 88 (88%) kategori (Sangat Baik). Jadi hipotesis yang menyatakan “Mengatasi kecemasan Berkomunikasi Di Depan Kelas Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus”, diterima karena telah mencapai indikator keberhasilan. 2. Kecemasan berkomunikasi di depan kelas dapat diatasi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus, diterima karena telah mencapai indikator keberhasilan dibuktikan dengan pada siklus I memperoleh skor 50,625% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,5% maka terjadi peningkatan sebesar 26,875%. Jadi hipotesis yang menyatakan “Kecemasan berkomunikasi didepan kelas dapat diatasi setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Kudus”, diterima karena telah mencapai indikator keberhasilan. Saran yang peneliti sampaikan antara lain: 1. Siswa: Siswa diharapkan dapat lebih baik lagi dalam mengatasi kecemasan berkomunikasi di depan kelas agar tidak gugup, gelisah ketika berkomunikasi di depan kelas. 2. Konselor: konselor diharapkan mampu untuk melakukan kolaborasi dengan kurikulum dan guru mata pelajaran dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di SMAN 2 Kudus. 3. Kepala Sekolah: Kepala sekolah diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling pada siswa di SMAN 2 Kudus. 4. Peneliti: Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk teknik konseling atau jenis layanan yang lebih variatif di kemudian hari demi pengembangan ranah penelitian bimbingan konseling yang lebih baik di kemudian hari