Implementasi Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari dalam Lembaga Pendidikan Hasyim Asy’ari Kudus (Studi Kasus di MA Hasyim Asy’ari 1 Kudus)

Fenomena degradasi moral yang kini tengah dihadapi bangsa ini merupakan akibat dari rendahnya kesadaran akan pendidikan moral dan etika terhadap anak didik. KH. Hasyim Asy’ari sebagai tokoh nasional telah mengkontribusikan pemikirannya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan masih relevan untuk diterapkan, melalui karyanya yang berjudul Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim. Begitulah peneliti ingin mengkaji lebih mendalam pemikiran pendidikan beliau. Pertanyaan penelitian guna memperoleh gambaran tentang pemikiran pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari, implementasi pemikiran pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy’ari serta peluang dan hambatan dalam penerapannya di lokasi penelitian adalah: Pertama, bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy’ari. Kedua, bagaimana implementasi pemikiran pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari di MA Hasyim Asy’ari 1 Kudus. Ketiga, bagaimana peluang dan hambatan pelaksanaannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study) yang termasuk dalam jenis penelitian field research dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian peneliti reduksi. Selanjutnya, peneliti sajikan dalam bentuk teks, dapat peneliti interpretasikan. Simpulan temuan hasil penelitian adalah: Pertama, pemikiran pendidikan Islam beliau tertuju pada pembentukan akhlak yang bersifat rohani dalam membangun jiwa yang baik dan tidak mengesampingkan akhlak yang bersifat jasmani melalui hubungan yang dilandasi cinta dan kasih sayang antara pendidik dan peserta didik. Kedua, penerapan pemikiran pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy’ari di MA Hasyim Asy’ari 1 Kudus sudah cukup optimal, meski tidak seluruhnya dapat diterapkan yang terwujud dalam motto Madrasah, tradisi ke-NU-an, cara Madrasah dalam mendidik akhlak peserta didiknya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan, visi Madrasah, sikap-sikap pendidik dan tenaga kependidikan terhadap atasan maupun sesama, serta dalam menghadapi murid-muridnya. Ketiga, peluang yang dimiliki Madrasah adalah mampu mencetak siswa-siswi yang baik dari segi keilmuan maupun akhlak, menumbuhkan kesadaran dari peserta didik akan hak dan kewajibannya, menjaga hubungan baik antara pendidik dengan peserta didik meski sudah menjadi alumni, menjaga peserta didik maupun alumni dari paham-paham baru yang menyimpang, mencapai motto Madrasah, dan membentuk pendidik yang ikhlas dalam mengajar. Adapun hambatan yang dialami Madrasah diantaranya adalah tidak seluruhnya pemikiran pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari relevan untuk diterapkan, paham-paham baru yang banyak bermunculan di zaman modern ini, kecanggihan teknologi berupa telepon genggam, kurangnya kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai murid, lingkungan tempat tinggal peserta didik yang tidak mendukung dalam pembentukan akhlak peserta didik, kurangnya kerelaan orang tua menyerahkan anak sepenuhnya untuk dididik di Madrasah