PENAFSIRAN AYAT-AYAT WARIS DAN PEMAHAMANNYA PADA MASYARAKAT MARGA AJI DESA KARYA MAKMUR KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Skripsi ini berjudul penafsiran ayat-ayat waris dan penerapannya di masyarakat Marga Aji Desa Karya Makmur Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Sebuah skripsi untuk mengkaji dan meneliti penafsiran ayat-ayat waris serta mengetahui bagaimana pembagian Harta Waris dalam Adat Marga Aji bila ditinjau dalam prespektif al-Qur’an. Pembagian harta waris baru dapat dilakukan ketika seorang telah meninggal dunia dan pembagiannya tidak dilakukan secara sembarangan melainkan berdasarkan perhitungan yang telah di tetapkan dalam al-Qur’an. Namun lain hal dengan pembagian harta waris dalam masyarakat Marga Aji yang tidak menerapakan hukum Islam melainkan dengan ketentuan adat. Yang menjadi kajian fokus dalam skripsi ini adalah mengetahui penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan pembagian waris dan mengetahui bagaimana penerapan pembagian harta waris dalam adat Marga Aji, mengetahui besaran pembagian harta waris adat Marga Aji serta mengetahui kapan waktu pembagian harta waris dalam adat marga aji bila ditinjau dalam prespektif al-Qur’an. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field research) yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dalam kancah yang sebenarnya. Hakikatnya penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan menggali data yang bersumber dari lokasi atau lapangan penelitian. Metode pengumpulan data yaitu metode observasi, dan dokumentasi, dengan responden yaitu pembagian harta waris di desa Karya Makmur sebanyak 12 responden. Hasil penelitian berdasarkan ayat-ayat yang dikaji yakni tafsir Q.S AnNisa ayat 11-12 yang dalam hal ini penulis mengambil pendapat M.Quraish Sihab dan Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan bahwa pembagian harta waris telah dijelaskan dalam islam mengenai cara, siapa saja orang yang berhak menerima serta watu pembagian harta waris. Dalam pembagian harta waris menurut masyarakat Marga Aji bahwasannya pembagian harta waris itu di bagikan dengan mengutamakan Anak tertua laki laki, serta waktu pembagiannya dilakukan sebelum meninggal dunia. Hal ini dikarenakan masyarakat adat marga aji tidak mengetahui bagaimana pembagian harta waris dalam Islam dan mereka menganggap pembagian dengan menggunakan cara adat dapat lebih mengurangi konfilk yang di khawatirkan akan muncul. Dalam islam pembagian waris saat ahli waris meninggal dan yang mendapatkan waris tidak hanya lelaki saja