Analisis Faktor Penerimaan Knowledge Management System (KMS) Dengan Pendekatan Technology Readiness Acceptance Model (TRAM) (Studi Kasus: PT. BNI Persero)

Sejak akhir abad ke-20, terjadi pergeseran pola industri dan ekonomi dimana terdapat satu konsep baru ekonomi dalam perekonomian modern yang disebut sebagai ekonomi berbasis pegetahuan (knowledge-based economy). Dalam era ini, pengetahuan menjadi penting untuk menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif. Organisasi dan perusahaan dituntut untuk meningkatkan aset intangible dengan melakukan aktivitas berbasis pengetahuan untuk dapat meningkatkan perekonomian. Untuk menjawab tantangan digital dalam mengelola pengetahuan pegawai, PT. BNI (Persero) memiliki Knowledge Management System (KMS) yang bernama BNI Smarter. Namun, BNI Smarter belum digunakan secara maksimal oleh para pegawai BNI. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu PIC BNI Smarter, permasalahan penggunaan yang belum maksimal terletak pada user yang masih menganggap bahwa pembelajaran yang dilakukan diluar kelas masih dianggap belum “belajar”. Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan terkait penerimaan pegawai BNI terhadap KMS BNI Smarter. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penerimaan supaya penggunaan BNI Smarter kedepannya akan meningkat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari kerangka kerja Technology Acceptance Model (TAM) dan Technology Readiness Index (TRI). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Terdapat 13 hipotesis yang disusun dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 542 pegawai BNI yang tersebar diseluruh Indonesia. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat lima hipotesis yang ditolak. Variabel yang paling mempengaruhi penggunaan aktual KMS BNI Smarter adalah OPT, PU, ATU, dan BITU. ========================================================================================================== Since the end of the 20th century, there has been a shift in industrial and economic patterns where there is a new concept of economy in the modern economy which is called a knowledge-based economy. In this era, knowledge becomes important to face increasingly competitive global competition. Organizations and companies are required to increase intangible assets by carrying out knowledge-based activities to improve the economy. To answer digital challenges in managing employee knowledge, PT. BNI (Persero) has a Knowledge Management System (KMS) called BNI Smarter. However, BNI Smarter has not been used optimally by BNI employees. Based on the results of an interview with one of the BNI Smarter PICs, the problem of inadequate use with users who still think that learning carried out outside the classroom is still considered not "learning". This problem raises questions regarding BNI employee acceptance of KMS BNI Smarter. This research was made to determine the factors that influence acceptance so that the use of BNI Smarter in the future will increase. The model used in this study is a combination of the Technology Acceptance Model (TAM) framework and the Technology Readiness Index (TRI). Data processing was performed using Structural Equation Modelling (SEM). There are 13 hypotheses compiled in this study. Data collection was carried out by distributing questionnaires to 542 BNI employees spread throughout Indonesia. Based on the results of data processing, five hypotheses were rejected. The variables that most influence the actual use of KMS BNI Smarter are OPT, PU, ATU, and BITU