MATERIAL AS ARCHITECTURAL IDENTITY: A CASE STUDY ON DEWADARU AIRPORT

Globalization, commercialization, and mass communication from the Western have brought cultural and geographic uniformity to urban architecture; a phenomenon labeled as placelessness, which signifies the loss of local meaning and placeness, (Merriman 2004; Webber 1964). Kurt Dietrich, (2008) was defined architectural design as the method of organizing materials and forms in a specific way to satisfy a definite purpose. Indonesian architecture grew from the knowdledge and ideas of the people in terms of constructing material. However, the majority of Indonesian airport passenger terminal haven't yet resemble Indonesian characteristics and identity. This final project is aimed to redefine Indonesian architectural identity using specific local material by breaking down to the main and most basic architectural principles of Vitruvius: firmitas, utlitas and venustas. In line with the Dewadaru Airport case study, the result of the design is adjusted by the calculation of SKEP / 77 / VI / 2005 and SNI 03-7046-2004 of Airport Area Standardization. The design process result is application sawdust bricks into several main interior areas, such as public hall, check-in area, and baggage conveyor that is inspired by local woven pattern. Final design mass composition reflects the 5 districts in Karimun Jawa: Karimun, Kamagin, Kemujan, Digimon, Paran. ========================================================== Globalisasi, komersialisasi, dan komunikasi massa dari Barat telah membawa keseragaman budaya dan geografis pada arsitektur perkotaan; sebuah fenomena yang diberi label sebagai placelessness, yang menandakan hilangnya makna lokal dan ketenangan, (Merriman 2004; Webber 1964). Kurt Dietrich, (2008) mendefinisikan desain arsitektur sebagai metode pengorganisasian bahan dan bentuk dengan cara tertentu untuk memenuhi tujuan tertentu. Arsitektur Indonesia tumbuh dari pengetahuan dan gagasan masyarakat dalam hal material konstruksi. Namun mayoritas terminal penumpang bandara di Indonesia masih belum menyerupai ciri khas dan identitas Indonesia. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendefinisi ulang identitas arsitektur Indonesia dengan menggunakan material lokal tertentu dengan mendobrak prinsip-prinsip utama dan paling dasar arsitektur Vitruvius: firmitas, utlitas dan venustas. Sejalan dengan studi kasus Bandara Dewadaru, hasil perancangan disesuaikan dengan perhitungan SKEP / 77 / VI / 2005 dan SNI 03-7046-2004 Standardisasi Kawasan Bandara. Hasil proses perancangan berupa pengaplikasian serbuk serbuk gergaji pada beberapa area interior utama, seperti ruang publik, area check-in, dan konveyor bagasi yang terinspirasi dari pola anyaman lokal. Komposisi massa desain akhir mencerminkan 5 kabupaten di Karimun Jawa: Karimun, Kamagin, Kemujan, Digimon, Paran