Analisis Ketinggian Gelombang Tsunami Akibat Submarine Landslide (Studi Kasus: Teluk Palu, Sulawesi Tengah)

Tsunami Teluk Palu pada tahun 2018 merupakan jenis tsunami yang disebabkan oleh longsor bawah laut (submarine landslide). Longsoran tersebut dapat mengubah topografi permukaan dasar perairan Teluk Palu sebelum dan sesudah terjadinya tsunami. Ketinggian gelombang tsunami (run-up)di sepanjang peisisir Teluk Palu yang dihasilkan memiliki tinggi yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan topografi permukaan dasar perairan Teluk Palu pasca tsunami dan menentukan parameter kerentanan pantai yang paling mempengaruhi perbedaan ketinggian tsunami yang tercatat di sepanjang pesisir Teluk Palu. Parameter kerentanan tersebut antara lain tutupan lahan, slope, jenis sedimen, dan litologi. Selain itu, jarak antara pusat pembangkit tsunami hingga titik pengamatan menjadi salah satu parameter yang juga akan dicari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu overlay data batimetri sebelum (Peta LPI NLP 2015-05 tahun 2014) dan sesudah terjadinya tsunami (Penelitian Sebelumnya tahun 2018) serta melakukan korelasi parameter terhadap ketinggian gelombang tsunami (run-up). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan topografi dasar periaran Teluk Palu cenderung mengalami longsor di area perairan dangkal dengan volume total longsor sekitar 536 juta m3 dan menimbun area perairan yang lebih dalam dengan volume sebesar sekitar 1,4 milyar m3. Parameter yang paling berpengaruh terhadap perbedaan ketinggian gelombang tsunami (run-up) adalah tutupan lahan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa parameter tutupan lahan memiliki korelasi kuat dengan nilai 0,717 atau 71,7%. ============================================================================================ Palu Bay tsunami in 2018 is a type of tsunami caused by submarine landslides. The landslide can change the surface topography of Palu Bay seafloor before and after the tsunami. The height of the tsunami waves or run-up along the coast of Palu Bay produced has varying heights. This study aims to determine changes in the surface topography of Palu Bay seafloor after the tsunami and determine the parameters of coastal vulnerability that most influence the difference in tsunami heights recorded along the coast of Palu Bay. The vulnerability parameters include land cover, slope, sediment type, and lithology. In addition, the distance between the center of the tsunami to the observation point becomes one of the parameters that will also be determined. The method that used in this research is to overlay bathymetry data before (LPI Map Number 2015-05 in 2014) and after the tsunami (former research in 2018) and to correlate parameters to the height of the tsunami run-up. The results showed that changes in the basic topography of the Palu Bay watershed tend to experience landslides in shallow water areas with total landslide volumes of around 536 million m3 and to accumulate deeper water areas with volumes of around 1,4 billion m3. The parameter that most influences the difference in tsunami wave height or run-up is land cover. The result of statistical analysis shows that the parameters of land cover have a strong correlation with the value of 0.717 or 71.7%