Pengaruh Benang Bedah Poly Glycolic Acid (PGA) Coated Madu Terhadap Ekspresi FGF-2 (Fibroblast Growth Factor) dan Fibroblast pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Luka Incisi

Luka incisi merupakan luka karena adanya irisan oleh benda tajam. Proses penyembuhan luka terdapat beberapa bahan yang dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan jaringan salah satunya benang bedah. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan benang jahit (PGA) yang diperkaya madu dengan metode coating. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan ekspresi FGF-2 pada kulit yang diberi perlakuan incisi dorsal 1,5 cm. Tikus wistar yang digunakan berjenis kelamin jantan berumur 8-10 minggu dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok 1, tidak diberi perlakuan incisi dan jahitan. Kelompok 2, kontrol negatif diberi perlakuan incisi dan jahitan dengan PGA. Kelompok 3 kontrol positif, diberi perlakuan incisi dan jahitan dengan Vicryl plus®. Kelompok 4, kontrol perlakuan incisi dan jahitan dengan PGA madu 2%. Kelompok 5 adalah kelompok perlakuan incisi dan jahitan dengan PGA madu 4%. Kelompok 5 adalah kelompok kontrol perlakuan incisi dan jahitan dengan PGA madu 8% selama 5 hari. Tikus kemudian di eutanasi pada hari ke-6 dan dilakukan koleksi sampel kulit jahitan. Sampel diamati dengan metode histoteknik pewarnaan HE untuk mengamati jumlah fibroblast dan metode IHK untuk mengamati ekspresi FGF-2. Hasil dari penelitian ini yaitu pada benang bedah PGA + Madu 2% memiliki ekspresi FGF-2 dan jumlah fibroblast berbeda signifikan (P