Pengaruh Aplikasi Benang Bedah PGA (Polyglycolic acid) Dilapisi Madu Terhadap Ekspresi IL-1β dan Jumlah Sel Radang pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Luka Incisi

Penjahitan pada luka menyebabkan masuknya benda asing berupa benang ke dalam jaringan tubuh. Tubuh akan merespon dengan reaksi hemostasis, inflamasi, proliferasi, remodelling. Inflamasi dapat diperpanjang oleh ekspresi sitokin proinflamasi IL-1β yang menginduksi infiltrasi sel radang ke area luka. Fase inflamasi yang meningkat menyebabkan menurunnya kesembuhan luka. Penelitian dilakukan dengan mengembangkan benang jahit PGA diperkaya madu hitam dengan metode pelapisan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan ekspresi IL-1β dan jumlah sel radang pada kulit yang diberi perlakuan incisi dorsal. Hewan coba berupa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu negatif, Vicryl plus®, dan perlakuan madu konsentrasi 2%, 4%, dan 8%. Tikus dieutanasi pada hari ke-6 dan dilakukan koleksi sampel kulit. Sampel diamati dengan metode preparat HE untuk mengamati sel radang dan metode IHK untuk mengamati ekspresi IL-1β. Analisa data sel radang dilakukan secara kuantitatif dengan melihat jumlah sel radang polimorfonuklear dan mononuklear. Hasil data diolah dengan analisa ragam one way ANOVA dengan uji lanjutan Tukey (α=0.5). Hasil penelitian menunjukan pemberian lapis madu pada benang dapat menurunkan ekspresi IL-1β dan jumlah sel radang pada konsentrasi madu terbaik 2%. Kandungan flavonoid dan saponin memberikan efek anti-inflamasi namun penggunaan dengan kadar berlebih dapat menimbulkan peradangan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah benang dengan pelapisan madu hitam memiliki efek terapi terhadap luka penjahitan berdasarkan ekspresi IL-1β dan jumlah sel radang