Analisis Cost Effectiveness Penggunaan Antibiotik Levofloxacin Dan Sefiksim Pada Terapi Demam Tifoid (Studi Dilakukan Pada Pasien Demam Tifod Dewasa Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar).

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C. Penyakit demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang memerlukan pengobatan antibiotik. Terapi antibiotik lini pertama untuk pasien demam tifoid yaitu kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksazol. Pada penelitian ini tidak akan meneliti tentang kloramfenikol, ampisilin, kotrimoksazol melainkan antibiotik yang diteliti yaitu levofloksasin dan sefiksim karena dalam lima tahun terakhir telah dilaporkan kasus demam tifoid berat bahkan fatal yang disebabkan oleh adanya resistensi obat ganda terhadap Salmonella typhi (multiple drugs resistance (MDR). Dalam pemilihan terapi, penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan efektivitas terapi dan efisiensi biaya mengingat anggaran penyedia layanan kesehatan pada era JKN terbatas. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik berdasarkan analisis farmakoekonomi. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektifitas terapi dan biaya pengobatan (cost-effectiveness) penggunaan antibiotik levofloxacin dan sefiksim pada pasien demam tifoid dewasa secara retrospektif menggunakan sudut pandang penyedia layanan kesehatan dengan metode pengambilan data menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan yaitu data rekam medis dan data administrasi biaya pengobatan pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar periode Januari 2017 sampai dengan Juli 2019. Sampel dipilih menggunakan teknik total sampling dengan 28 pasien sebagai sampel. Berdasarkan perhitungan ACER, antibiotik yang lebih cost-effective ditinjau dari lama rawat inap untuk terapi demam tifoid dewasa yaitu antibiotik levofloxacin dikarenakan memiliki biaya yang lebih efisien. Sedangkan berdasarkan lama hilangnya demam, sefiksim lebih efektif berdasarkan perhitungan ICER namun membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp 251.146 untuk setiap pengurangan 1 hari lama hilangnya demam