Perbedaan Kadar Hemoglobin, Indeks Eritrosit, dan Red Cell Distribution Width (RDW) Sebelum dan Sesudah Terapi Intensif pada Tuberkulosis Anak.

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Menurut Global Tuberculosis Report 2018, Indonesia berada pada peringkat ke-3 (8%) negara dengan beban TBC yang tinggi (high burden countries). Proporsi kasus TBC anak di Indonesia meningkat dari 7,16 % pada tahun 2014 menjadi 10,08 % pada tahun 2017. Pengobatan fase intensif pada TBC anak diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama menggunakan regimen terapi Isoniazid, Rifampisin, dan Pirazinamid. Pengobatan TBC dapat menimbulkan gangguan hematologi berupa anemia karena proses inflamasi TBC, malnutrisi maupun efek samping obat anti-TBC. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar Hemoglobin, Indeks Eritrosit dan Red Cell Distribution Width (RDW) sebelum dan sesudah terapi intensif pada TBC anak. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan kohort. Didapatkan 30 pasien anak dengan TBC paru baru dan diikuti selama 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan subjek penelitian terbanyak adalah laki-laki (n = 18), usia kurang dari 5 tahun (n = 15) dan status gizi baik (n = 16). Tidak didapatkan perbedaan kadar Hemoglobin, Indeks Eritrosit dan RDW sebelum dan sesudah terapi intensif (nilai p berturut-turut 0,750; 0,646; 0,239; 0,054; dan 0,271, α < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian OAT standar pada anak tidak menyebabkan efek samping