Daya Antagonisme Rizobakteri Terhadap Bakteri Patogen Ralstonia Solanacearum Dan Potensi Listrik Yang Dihasilkan

Rizobakteri merupakan kelompok bakteri yang hidup pada daerah perakaran tumbuhan (rizosfer). Bakteri rizosfer yang berhasil dieksplorasi Sari (2018) diantaranya bakteri dengan genus Bacillus, Clostridium, Xanthomonas, Pseudomonas, Pantoea dan Erwinia namun belum diketahui kemampuannya sebagai agens antagonis. Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tular tanah nonflourescen dari famili Pseudomonas. Disi lain beberapa genus bakteri yang tergolong kedalam rizobakteri berpotensi sebagai biokatalis dalam menghasilkan listrik melalui sebuah sistem yang disebut microbial fuel cell (MFC). MFC merupakan perangkat elektrokimia yang mengonversi energy kimia menjadi listrik. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji potensi bakteri rizosfer sebagai agens antagonis dan potensinya dalam menghasilkan energi listrik melalui sistem MFC, serta perbedaan listrik yang dihasilkan antara bakteri antagonis dengan bakteri patogen R. solanacearum. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pelaksanaan penelitian memiliki 4 tahap yaitu 1). Persiapan meliputi perakitan perangkat MFC satu bejana, persiapan isolate dan sterilisasi alat dan bahan. 2). Pengujian hipersensitif dan virulensi, pengujian antagonis dan pengujian listrik. 3). Pengamatan arus listrik, waktu, pH, nilai OD, diameter zona bening dan gejala nekrosis pada daun. 4). Analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bakteri R. solanacearum bereaksi positif terhadap uji hipersensitif pada daun tembakau. Hasil pengujian antagonis menunjukanbahwa semua isolat rizobakteri mampu menghasilkan zona hambat. Pada pengamatan 24 jam indeks penghambatan Bacillus (N3) berbeda nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan indeks penghambatan Clostridium (N10), Xanthomonas (N23), Pseudomonas (N24), dan Pantoea (N26) tidak berbeda nyata. Pada pengamatan 48 jam indeks penghambatan Bacillus (N3), Clostridium (N10), Pseudomonas (N24), dan Erwinia (N27) tidak berbeda nyata, namun Bacillus N3 berbeda nyata dengan Xanthomonas (N23), dan Pantoea (N26). Sehingga, isolat Bacillus (N3) dipilih dalam pengujian potensi listrik dan dibandingkan dengan patogen R. solanacearum. Hasil penelitian bahwa kedua bakteri memiliki potensi dalam menghasilkan listrik. Kuat listrik yang dihasilkan oleh kedua bakteri berbeda. Voltase tertinggi yang dihasilkan oleh Bacillus sebesar 170 mV. Sedangkan, voltase tertinggi yang dihasilkan oleh R.solanacearum sebesar 60 mV. Berdasarkan uji T listrik yang dihasilkan antara bakteri patogen dan bakteri antagonis berbeda nyata. Nilai kerapatan bakteri ditinjau dari nilai OD mengalami peningkatakan di masing-masing perlakuan. Sedangkan nilai pH pada subtrat kedua perlakuan juga mengalami perubahan. Pada perlakuan R.solanacearum pH mengalami penurunan sedangkan pada perlakuan Bacillus N3 mengalami peningkatan. Peningkatan kerapatan bakteri dan perubahan nilai pH berpengaruh terhadap listrik yang dihasilkan