Pengaruh Rasio Surfaktan Terhadap Fosfolipid pada Ukuran Partikel Transfersom Mengandung Kolagen Kulit Ikan Cod (Gadus morhua).

Kolagen adalah protein ekstraseluler utama dalam tubuh manusia. Penambahan kolagen dalam formulasi kosmetik ditujukan untuk menggantikan kolagen yang rusak akibat pengaruh lingkungan maupun faktor usia. Kolagen merupakan bahan baku kosmetik yang efektif karena memiliki kemampuan adhesi sel dan proliferasi sel keratinosit yang tinggi. Pemanfaatan kolagen dari kulit ikan cod (Gadus morhua) menjadi alternatif pengobatan, dan perawatan sehari-hari sebagai kosmetik (cosmeceutical). Transfersom merupakan vesikel deformabel yang mampu berpenetrasi hingga ke lapisan kulit yang lebih dalam. Kolagen sebagai zat aktif ditambahkan kedalam pembawa transfersom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan fosfolipid:surfaktan 95:5%; 85:15%; dan 75:15% terhadap ukuran partikel transfersom sehingga diperoleh formula yang optimum. Sediaan berbentuk suspensi dengan kandungan bahan utama kolagen kulit ikan cod, bahan eksipien lesitin kedelai, tween 80 dan pbs. Tiga formula transfersom dibuat dengan formulasi konsentrasi tween 80 yang berbeda menggunakan metode hidrasi lapis tipis, yang kemudiaan dilakukan pengecilan ukuran dengan ultra-turrax. Evaluasi fisik meliputi ukuran dan distribusi ukuran partikel, serta uji potensial zeta. Uji stabilitas sediaan diantaranya uji organoleptis meliputi warna, bau, homogenitas, dan pH. Hasil yang didapatkan yaitu formula terbaik adalah F3. Karakteristik dari transfersom F3 yang diperoleh menunjukan ukuran partikel 67,40 ± 0,467 nm dengan indeks polidispersitas 0,368 ± 0,015. Uji statistik dengan metode uji SPSS One-Way ANOVA pada ɑ = 0,05 , interaksi menunjukan (p) < 0,05 sehingga terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara perlakuan pada tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi surfaktan yang paling banyak, menghasilkan ukuran partikel yang paling kecil yaitu formula F3 yang memiliki indikasi sebagai formulasi yang dapat dilanjutkan pada tahap uji berikutnya