Rasio Beban Gempa terhadap Kapasitas Dinding Rumah Satu Lantai dengan Sistem Confined Masonry Wall di Kota Malang

Sebagian besar bangunan di Indonesia yang berupa bangunan bertingkat rendah seperti rumah sederhana 1 tingkat dan 2 tingkat masih menggunakan dinding konvensional ataupasangan batu bata sebagai dinding bangunan. Alasan pada umumnya karena selain mudah didapat dan murah, batu bata mempunyai sifat yang tahan terhadap suhu yang tinggi. Sudah tidak asing lagi bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang wilayahnya dianggap rawan terhadap gempa bumi. Penyebabnya Indonesia terletak pada wilayah yang dilewati oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik sehingga Indonesia memiliki tingkat aktivitas gempa bumi tinggi, Salah satu kota yang sering terjadi gempa bumi adalah kota Malang dikarenakan letak geografis Malang yang berada pada perbatasan lempeng tektonik dan dikelilingi oleh beberapa gunung yang masih aktif. Salah satu sistem konstruksi yang ada yaitu confined masonry wall yang mana dinding dari batu bata di posisikan sebagai struktur utama dari sebuah bangunan, dan merupakan salah satu sistem struktur yang sangat sering dan umum Sistem bangunan confined masonry wall terdiri dari dinding bata atau batako dengan perkuatan dan komponen beton bertulang baik vertikal maupun horizontal yang mengekang dinding pasangan bata pada keempat sisinya. Berdasarkan konstruksi,dinding pasangan akan dibangun terlebih dahulu kemudian disusul dengan kolom-balok yang akan mengekang tembok tersebut. Berdasarkan analisis, jika ditinjau dari rasio beban gempa terhadap kapasitas setiap dinding dengan hasil perhitungan rasio paling kecil didapatkan nilai untuk tipe 36 sebesar 1,566, untuk tipe 48 sebesar 1,0440 dan untuk tipe 72 sebesar 1,6404. maka dinding tidak mampu menahan beban gempa karena memiliki rasio dengan nilai ≥