Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia di India

Salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada ekspor sektor pertanian adalah kelapa sawit. Pertumbuhan produksi dan luas areal kelapa sawit telah merubah posisi Indonesia pada pasar minyak sawit dunia. Indonesia berhasil menggeser Malaysia menjadi produsen minyak sawit terbesar dunia dan pada tahun 2015 produksi minyak sawit Indonesia mencapai 58% dari total produksi minyak sawit dunia. Berdasarkan kondisi tersebut menarik untuk diteliti bagaimana analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak sawit Indonesia di pasar India. Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis kuantitatif Error Correction Model (ECM). Metode ini digunakan untuk Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan volume ekspor CPO Indonesia di India. Dalam pengolahan data dengan metode ini, data yang digunakan adalah data deret waktu atau time series. Pengolahan data dilakukan melalui program Microsoft Excel dan EViews 9. Program dipilih berdasarkan alasan bahwa program tersebut mudah digunakan dan dapat memproses model dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan model persamaan logaritma natural (ln) dengan pertimbangan diperoleh keuntungan berupa penyeragaman satuan. Model ini digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang dan jangka pendek permintaan ekspor dengan variabel-variabel penyusunnya. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang menganalisis faktor yang mempengaruhi volume permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di India dalam jangka panjang dan jangka pendek, maka diperoleh beberapa kesimpulan. Dalam keseimbangan jangka panjang harga minyak sawit internasional, GDP riil per kapita India dan nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di India. Sedangkan dalam dinamika jangka pendek variabel-variabel independen yang digunakan tidak ada yang memiliki pengaruh signifikan terhadap volume permintaan ekspor minyak sawit Indonesia di India. Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut untuk mencari model persamaan permintaan minyak sawit Indonesia di India dengan koefisien determinasi yang lebih tinggi mengingat India adalah importir terbesar minyak sawit Indonesia. Variabel lain yang dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam model persamaan permintaan minyak sawit Indonesia di India selanjutnya adalah sertifikasi keberlanjutan minyak sawit (sustainability certification), pajak atau bea tarif masuk barang dan perjanjian-perjanjian dagang seperti Free Trade Area (FTA)