Identitas Pengemis di Barak Warga Bhakti Kelurahan Kutoanyar, Kab.Tulungagung

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pengemis menunjukkan identitas diri sebagai pengemis di masyarakat. Identitas tersebut tidak langsung terbentuk melainkan terbentuk melalui proses interaksi yang dilakukan antara individu dengan lingkungan sosial. Kemudian dari hasil interaksi akan memunculkan respon yang diterima oleh pengemis, respon tersebut merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pembentukan identitas mereka dan pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini menggunakan teori Looking Glass Self dari C.H Cooley sebagai pisau analisis. Teori ini dipilih karena dapat memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai proses terbentuknya konsep diri yang nantinya akan menjadikan sebuah identitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil dari penelitian ini Identitas terbentuk dari adanya interaksi dengan keluarga, teman-teman di Barak maupun di liar masyarakat Barak yang dilakukan berulang-ulang. Pengemis melakukan pengamatan dari pengalaman mereka kemudian memahami dan mengulangi apa yang menjadi keputusannya secara konsisten. Tidak adanya dukungan dari keluarga untuk mencari pekerjaan lain membuat mereka memilih bertahan untuk bekerja sebagai pengemis, kemudian lingkungan yang mendukung dengan mayoritas warganya yang bekerja sebagai pengemis dan pemulung membuat individu enggan untuk mencari pekerjaan lain. Mereka menunjukkan raut muka, penampilan, dan isyarat tubuh sebagaimana pengemis yang perlu dikasihani agar tujuannya tercapai untuk membuat pemberi iba dan memberikan uang