Analisis Spesies Dan Sebaran Frekuensi Panjang Lobster (Panulirus Spp.) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Tamperan Pacitan, Jawa Timur

Persentase produksi lobster mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan produksi ini diduga merupakan salah satu akibat dari tekanan penangkapan, berdampak pada semakin kecilnya ukuran lobster yang tertangkap. Penurunan nilai produksi lobster di Indonesia sudah terjadi beberapa tahun yang lalu diantaranya terjadi di perairan sebelah selatan Gunung Kidul dan Pacitan. Kedua daerah tersebut terutama Pacitan merupakan daerah penangkapan lobster yang cukup potensial, karena memiliki kategori habitat yang baik untuk kehidupan lobster, dilihat dari topografinya terdapat jurang dan tebing berkarang dimana berbatasan langsung dengan laut, sehingga lobster banyak mendiami tempat tersebut. Perkembangan nelayan lobster di Kabupaten Pacitan perlu diketahui pasca adanya kebijakan pemerintah berupa PERMEN KP Nomor 1 tahun 2015 dan Nomor 56 tahun 2016. Perlu diketahui spesies apa saja yang masih bertahan dan sering tertangkap serta panjang karapas dan beratnyanya masih sesuai dengan yang tercantum pada PERMEN KP atau sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini, untuk melakukan identifikasi spesies dan mengetahui komposisi spesies pada dua fishing ground, mengetahui sebaran frekuensi panjang, berat, sebaran kelamin, kondisi bertelur saat tertangkap, hubungan panjang-berat, serta membandingkan kondisi (panjang karapas dan berat) lobster yang didaratkan di Pelabuhan Periknanan Pantai (PPP) Tamperan Kabupaten Pacitan dengan Permen-KP yang berlaku. Kegiatan penelitian dilakukan untuk mendapatkan data hasil tangkapan lobster pada tempat pendaratan, antara bulan Februari-Maret 2019. Identifikasi spesies dilakukan berdasarkan diagnosis morfologi dari Carpenter dan Niem 1998, analisis data berupa komposisi spesies didasarkan pada rumus ChiSquare, untuk mengetahui perbedaan komposisi antara fishing ground di laut (A) dengan fishing ground di tebing (B) menggunakan One Way ANOVA dan uji lanjutan BNJ, frekuensi panjang mengacu pada interval kelas dengan nilai modus (yang sering muncul) kemudian dinyatakan dalam persen, dan persamaan hubungan panjang-berat. Terdapat 6 spesies lobster yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu Lobster Batu (P. penicillatus), Lobster Pasir (P. homarus), Lobster Batik (P. longipes), Lobster Mutiara (P. ornatus), Lobster Bambu (P. versicolor), dan Lobster pakistan (P. polyphagus). Terdapat perbedaan komposisi spesies dari fishing ground A dengan perolehan 6 spesies yang didominasi oleh lobster pasir (63%) dan fishing ground B hanya ditemukan 3 spesies yang didominasi oleh lobster batu (69%). Terdapat 5 jenis lobster (L. Bambu, L.Batik, L. Mutiara, L. Pasir dan L. Pakistan memiliki sebaran frekuensi panjang karapas < 80 mm (8 cm), hanya lobster batu yang memiliki sebaran frekuensi panjang karapas > 80 mm dan sebaran berat > 200 gram. Dilihat dengan kesuai terhadap PERMEN KP NO. 1 Tahun 2015 dan PERMEN KP NO. 56 Tahun 2016, hasil dari pengukuran panjang karapas, berat, dan lobster dalam kondisi bertelur saat tertangkap dapat dikatakan bahawa lobster yang didaratkan di PPP Tamperan selama bulan Februari-Maret 2019vii dari 682 ekor hasil tangkapan sebanyak 58% tidak layak tangkap berdasarkan panjang karapas, 62% tidak layak tangkap berdasarkan berat, dan 12% tidak layak tangkap berdasarkan kondisi bertelur. Jumlah lobster dengan jenis kelamin jantan ada 311 ekor (46%) sedangkan betina ada 371 ekor (54%), hubungan panjang-berat lobster secara yang didaratkan di PPP Tamperan memiliki nilai b < 3 sehingga dikategorikan allometri negatif