Pemetaan Potensi Perempuan Bali dalam Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Agung

Tidak dapat dipungkiri perempuan memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kerentanan ini bisa muncul dari berbagai aspek, seperti kondisi fisik dari perempuan sendiri, kondisi ekonomi, maupun status sosial mereka yang dilihat dari kelas atau kasta. Penelitian ini memperdebatkan bahwa perempuan kerap kali terpinggirkan selama proses penanganan bencana berlangsung, hal ini diperparah dengan sistem kekerabatan patrilineal yang banyak diterapkan di Indonesia sehingga menimbulkan kesenjangan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sehari-hari. Karena tingkat kerentanannya yang lebih tinggi, maka seharusnya perempuan diajak turut terlibat secara aktif selama proses penanganan bencana. Penelitian ini akan fokus membahas potensi dari perempuan Bali selama proses mitigasi bencana erupsi Gunung Agung berlangsung. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus untuk menganalisis secara mendalam terkait potensi perempuan saat bencana terjadi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis isu-isu terkait gender dalam konteks bencana dan untuk menambah keberagaman penelitian terkait gender dan bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan Bali memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meminimalisir tingkat kerentanannya masing-masing. Potensi yang pertama yaitu kemampuan mereka untuk beradaptasi dalam situasi krisis. Perempuan mampu menyerap informasi-informasi terkait penanganan bencana serta informasi Gunung Agung yang dikemudian hari dapat digunakannya untuk menentukan tindakan dalam menangani bencana. Melalui pengetahuan yang dimilikinya, perempuan setidak-tidaknya dapat mengurangi kerentanan dirinya dan keluarganya, serta membagikan pengetahuan tersebut melalui interaksi sosial dengan perempuan lainnya. Potensi selanjutnya yaitu kemampuan mereka dalam mengelola logistik selama di pengungsian. Dan yang terakhir yaitu potensi mereka untuk mengatasi situasi krisis saat bencana, salah satu contohnya yaitu dari segi ekonomi dimana perempuan dapat turut terlibat aktif dalam pemulihan kondisi ekonomi keluarganya. Meskipun perempuan berada di tempat pengungsian, mereka tetap mencari pekerjaan tambahan untuk keluarganya, salah satunya yaitu bekerja sebagai pengupas bawang di pasar