Stigma dan Jemaah Ahmadiyah (Studi Fenomenologi Pada Pengungsi Jemaah Ahmadiyah Wisma Transito Mataram)

Penelitian ini membahas tentang proses stigmatisasi yang melekat pada Jemaah Ahmadiyah Wisma Transito Mataram. Munculnya stigma bagi Jemaah Ahmadiyah tidak terlepas dari proses stigmatisasi yang terjadi sebelum mereka mengungsi di Wisma Transito Mataram. Masyarakat menolak keberadaan Jemaah Ahmadiyah karena interpretasi yang berbeda terkait kedatangan Imam Mahdi. Pemahaman yang berbeda ini menyebabkan Jemaah Ahmadiyah terpinggirkan dari masyarakat. Fatwa MUI dan kebijakan daerah membuat mereka terdiskriminasi dan terkekang, sampai harus mengungsi dalam waktu yang lama. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi agar dapat menangkap pengalaman hidup dari individu yang terkena stigma. Kemudian didukung dengan kesesuaian teori yang digunakan, yakni Teori Stigma Erving Goffman. Lokasi penelitian ini berada di Wisma Transito yang terletak di Majeluk, Kota Mataram. Fokus penelitian ini adalah proses stigmatisasi yang diberikan oleh masyarakat kepada Jemaah Ahmadiyah berdasarkan Fatwa MUI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya proses stigmatisasi yang diterima oleh Jemaah Ahmadiyah yang mengungsi di Wisma Transito. Perbedaan interpretasi membuat mereka terkena stigma dari masyarakat. Penolakan dan diskriminasi dari masyarakat membuat mereka terusir dari lingkungan tempat tinggal dan akhirnya mengungsi. Stigma yang diterima oleh Jemaah Ahmadiyah berawal dari Fatwa MUI pada tahun 1980, mereka dianggap keluar dari Islam dan dianggap sebagai aliran yang „sesat‟. Pengalaman individu dari Jemaah Ahmadiyah yang mengungsi menunjukkan bahwa adanya proses stigmatisasi yang terjadi dan menghasilkan sebuah stigma. Selain mendapatkan stigma, tekanan dari berbagai piihak membuat mereka mengalami trauma selama berada di pengungsian