PENGARUH RESILIENSI TERHADAP DISTRES PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA YANG TERDAMPAK PANDEMI COVID-19

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pandemik COVID-19 yang berdampak pada beberapa bidang masyarakat, salah satunya pendidikan. Dalam menekan angka COVID-19, pemerintah merubah sistem pembelajaran menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Perubahan ini membutuhkan adaptasi bagi peserta didik, khususnya mahasiswa yang memiliki beban akademik lebih tinggi dibandingkan jenjang lainnya. Maka kondisi ini beresiko menimbukan permasalahan psikologis, yaitu distres psikologis. Salah satu faktor protektif yang dapat membantu mahasiswa dalam kondisi penuh tekanan ialah resiliensi. Dengan demikian, tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh resiliensi terhadap distres psikologis pada mahasiswa yang terdampak pandemik COVID-19. Sampel penelitian terdiri dari 250 responden, dengan kriteria yaitu berdomisili di DKI Jakarta, mahasiswa/i aktif dari Perguruan Tinggi yang terdaftar di DKI Jakarta, dan bertempat tinggal di kelurahan yang terkonfrimasi positif COVID-19 ≥ 17 kasus. Metode penelitian ini ialah kuantitatif dengan instrumen penelitian berupa kuesioner dan dianalisa menggunakan uji regresi sederhana. Penelitian ini mengukur variabel distres psikologis dengan instrumen Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25) oleh Darogatis, Lipman, Rickets, Uhlenhuth dan Covi (1974). Sedangkan variabel resiliensi diukur menggunakan intrumen Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang dikembangkan oleh Connor dan Davinson (2003). Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh negatif resiliensi terhadap distres psikologis pada mahasiswa yang terdampak pandemik COVID-19. Hal ini bermakna, semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah distres psikologis, sebaliknya semakin rendah resiliensi maka semakin tinggi distres psikologis. Resiliensi memberikan kontribusi sebesar 11,9% dalam memprediksi distres psikologis pada mahasiswa, yang artinya 88,1% dipengaruhi oleh faktor lain dalam diri individu. This research is motivated by the COVID-19 pandemic which has an impact on several areas of society, one of which is education. In suppressing the COVID-19 cases, the government changed the learning system into Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). This change requires adaptation for students, especially students who have academic difficulty higher than other strata. Then this condition risks causing psychological problems, specifically psychological distress. One protective factor that can help students in stressful statuses is resilience. Thus, the purpose of this study was to determine the effect of resilience on psychological distress in students affected by the COVID-19 pandemic. The research sample consisted of 250 respondents, with the criteria being domiciled in DKI Jakarta, active students from tertiary institutions registered in DKI Jakarta, and staying in a confirmed positive area of COVID-19 ≥ 17 cases. This research method is quantitative with a research instrument in the form of a questionnaire and analyzed using a simple regression test. This study measures psychological distress variables with the Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25) instrument by Darogatis, Lipman, Rickets, Uhlenhuth and Covi (1974). Whereas the resilience variable is measured using the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) instrument developed by Connor and Davinson (2003). This study proves that there is a negative effect of resilience on psychological distress in students affected by the COVID-19 pandemic. This means, the higher the resilience, the lower the psychological distress, conversely the lower the resilience, the higher the psychological distress. Resilience contributes 11.9% in predicting psychological distress in students, which suggests that 88.1% is influenced by other factors in individuals