Upaya Konselor Mengembangkan Karakter Siswa Melalui Proses Bimbingan dan Konseling di Madrasah Tsanawiyah Negeri Mulwarmarman Banjarmasin

Sahriana. 2013. Upaya Konselor Mengembangkan Karakter Siswa Melalui Proses Bimbingan dan Konseling di Madrasah Tsanawiyah Negeri Mulwarmarman Banjarmasin. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Pembimbing: (I) Dr. Hidayat Ma’ruf, M. Pd, (II) Drs.H. Muhammad Yusuf, M. Fil.I\ud \ud Konselor, sebagai salah satu dari dari kualifikasi pendidik mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan karakter siswa di sekolah. Jika pendidikan karakter diselenggarakan di sekolah, maka konselor sekolah akan menjadi pioner dan sekaligus koordinator program tersebut.\ud \ud Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh konselor dan untuk mengetahi faktor-faktor yang mempengaruhi upaya yang dilakukan oleh konselor dalam mengembangkan karakter siswa melalui proses bimbingan dan konseling. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan mendiskripsikan kejadian yang sesungguhnya kedalam bentuk uraian kalimat.\ud Hasil analisis data diperoleh upaya yang dilakukan oleh konselor dalam mengembangkan karakter siswa melalui proses bimbingan dan konseling antara lain: memberikan bimbingan akhlak, memberikan bimbingan sosial, memberikan layanan informasi, mengajarkan nilai-nilai karakter, memberikan layanan individual, mengadakan tes, mengadakan kunjungan rumah. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya konselor dalam mengembangkan karakter siswa melalui proses bimbingan dan konseling antara lain faktor pendukung meliputi latar belakang pendidikan konselor, dukungan dari pihak sekolah sarana prasarana dan faktor penghambat meliputi terjadinya ketidaksepahaman dengan pihak-pihak yang ingin dilibatkan, kurangnya kontrol terhadap siswa diluar sekolah, penggunaan sistem tekhnologi yang berdampak negatif terhadap siswa. Serta keterbatasan dana dan waktu pemberian layanan bimbingan dan konseling