Hukum Penggunaan Alat Bantu Seksual Bagi Suami Isteri Menurut Ulama Kota Banjarmasin

Elisa Risdawati, 2005, Hukum Penggunaan Alat Bantu Seksual Bagi Suami Isteri Menurut Ulama Kota Banjarmasin, Skripsi, Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, Fakultas Syariah, Pembimbing (1) Dra. Hj. Masyithah Umar, M. Hum (II) Hj. Innawati M. Jainie Jarajap, MA.\ud Penelitian ini mengambil topik “HUKUM PENGGUNAAN ALAT BANTU SEKSUAL BAGI SUAMI ISTERI MENURUT ULAMA KOTA BANJARMASIN”, yang dilatarbelakangi karena belum adanya kepastian mengenai hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri. Oleh sebab itu, penulis merasa perlu untuk mengetahuinya lebih jauh, bagaimana pendapat ulama Kota Banjarmasin dalam menanggapi masalah ini, beserta alasan dan dalil yang mereka gunakan.\ud Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) terhadap pendapat ulama Kota Banjarmasin tentang hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri yang bersifat study persuasif, yaitu meneliti pendapat ulama Kota Banjarmasin yang berlatarbelakang pendidikan dari Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi yang berjumlah enam puluh enam orang.\ud Untuk memperoleh data yang dimaksud, penulis menggunakan teknik wawancara dan angket. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan teknik editing, kategorisasi dan tabulasi. Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis kualitatif.\ud Dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya variasi pendapat dari beberapa ulama Kota Banjarmasin tentang hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri, lima puluh dua orang ulama menyebutkan bahwa hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri adalah haram, alasan yang mereka gunakan adalah karena perbuatan suami atau isteri yang menggunakan alat bantu seksual untuk memenuhi kebutuhan biologisnya adalah perbuatan yang menyalahi kodrat dan perbuatan tersebut menyerupai onani, adapun dalil yang mereka gunakan adalah Al-Quran surah Al-Mu’minun ayat 5-7, selanjutnya dua orang ulama menyebutkan hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri adalah makruh, alasan yang mereka gunakan adalah karena hubungan seks bukan menjadi prioritas utama bagi kehidupan seorang muslim, dalil yang mereka gunakan adalah Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 141, delapan orang menyebutkan boleh bersyarat, alasan yang mereka gunakan adalah jika dalam keadaan darurat maka penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri dapat diperbolehkan, dalil yang mereka gunakan adalah kaidah ushul fiqh (الضرورات تبيح المحظورات) dan empat orang menyatakan boleh, adapun alasan yang mereka gunakan adalah penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri dapat menghindarkan suami atau isteri ke prostitusi atau selingkuh, dan juga alat tersebut dapat menjaga keharmonisan rumah tangga, dalil yang mereka gunakan adalah Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 173.\ud Adapun terhadap keempat kelompok ulama ini, penulis sependapat dengan ulama yang menyatakan hukum penggunaan alat bantu seksual bagi suami isteri adalah haram. Alasan yang mereka kemukakan adalah perbuatan tersebut sama dengan onani dan menyalahi kodrat sebagaimana manusia, dalil yang mereka gunakan adalah surah Al-Mu’minun ayat 5-7. Ulama tersebut memahami ayat secara kontekstual, di mana seorang suami atau isteri harus menjaga kemaluannya kecuali dengan suami, isteri atau budak-budak yang mereka miliki