Penyelesaian Harta Peninggalan Oleh Ahli Waris dan Pewaris Yang Murtad di Desa Tandilang Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanyaduakasuskewarisanantara orang yang murtaddenganorang yang muslim, yaitu ahli waris yang murtad mewarisi harta peninggalan pewaris yang muslim dan ahli waris yang muslimmewarisi pewaris yang murtad. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan penyelesaian harta peninggalan oleh ahli waris dan pewaris yang murtad di Desa Tandilang Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah.\ud Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris berupa penelitian lapangan (field research) yang bersifat studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara tak berstruktur yang kemudiandianalisis secarakualitatif berdasarkan hukum Islam.\ud Dari hasil penelitian diperoleh dua kasus penyelesaian harta peninggalan oleh ahli waris dan pewaris yang murtad di Desa Tandilang Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu:pertama,anak pewaris yang murtad menguasai seluruh harta peninggalan pewaris yang muslim. Alasannya karena ia adalah anak satu-satunya yang masih hidup dan ia mengaku telah kembali ke agama Islam sehingga ia merasa paling berhak terhadap harta tersebut. Penyelesaian pernah ditempuh dengan jalan kekeluargaan, dan ketika jalan kekeluargaan tidak tercapai, terjadi perselisihan diantara mereka. Karena kasus ini tidak kunjung selesai para ahli waris mendiamkan masalah ini sampai penelitian ini dilakukan. Mereka tidak mau membawa masalah ini ke Pengadilan dengan alasan tidak ingin memperpanjang kasus dan ingin menjaga tali silaturrahmi diantara mereka.Kedua, anak pewaris yang telah beragama Islam mewarisi harta peninggalan pewaris yang murtad secara damai atau is}la>h}.Hal ini karena hubungan kekeluargaan antara anak-anak pewaris dengan istri pewaris yang beragama Hindu sangat baik, sehingga mereka bersepakat untuk membagikan harta peninggalan secara damai atau is}la>h}. Selain itu, anak-anak pewaris menyadari bahwa mereka tidak berhak atas harta peninggalan karena status mereka yang telah beragama Islam. Istri pewaris yang beragama Hindu juga mengetahui dan menyadari bahwa anak-anak pewaris tersebut tidak berhak atas harta peninggalan ayahnya. Namun, mereka tetap membagikan secara damai atau is}la>h}.\ud Menurutanalisispenulisberdasarkanhukum Islam, penyelesaian pada kasus pertama bertentangan dengan hukum kewarisan Islam sebab anak yang murtad tersebut telah menguasai harta peninggalan yang bukan haknya. Kemudian pada penyelesaian kasus kedua juga tidak dapat dibenarkan sebab anak pewaris yang telah beragama Islam tersebut sama sekali tidak memiliki celah untuk menerima harta peninggalan dengan jalan kewarisan baik itu melalui is}la>h}. Sesungguhnya kedua kasus tersebut masih mempunyai cara lain untuk diselesaikan, yaitu dengan mengajukannya ke Pengadilan. Untuk kasus pertama dapat diajukan ke Pengadilan Agama, sehingga ahli waris yang murtad tersebut dapat menerima harta warisan melalui wasiat wajibah yang kadarnya tidak melebihi 1/3. Selanjutnya untuk kasus kedua dapat diajukan ke Pengadilan Negeri dan tunduk pada hukum BW