PROSES DAN POLA AKTUALISASI DIRI ANGGOTA KOMUNITAS COSPLAY DI BANJARMASIN

Potensi kreatif yang dimiliki anggota cosplay membawa mereka pada kebutuhan manusia yang paling tinggi menurut teori psikologi humanistik, yakni kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya atau hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya. Berdasarkan asumsi tersebut, penulis akan mencoba meneliti motivasi individu ikut dalam komunitas cosplay, memetakan proses dan pola aktualisasi anggota cosplay, serta menjelaskan fenomena cosplay ini dari perspektif Islam.\ud Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif deksriptif, dengan menggunakan responden sebagai sumber data utama (primer) yang memiliki kemampuan menggambar, membuat kostum, serta berani tampil di depan umum. Adapun teknik pengumpulan data ialah dengan wawancara dan observasi sebagai teknik utama. Teknik pengolahan data dengan menggunakan tehnik triangulasi yaitu mencocokan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan pendekatan sosiologis dan psikologis\ud Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa telah tercipta aktualisasi diri pada anggota komunitas cosplay sesuai dengan ciri-ciri person yang mengaktualisasi diri yang di gagas oleh Abraham Maslow yang dimotivasi dengan keinginan untuk menyalurkan hobi dan bakat individu. Adapun pola aktualisasi diri terbagi menjadi Pola A dan Pola B. Pola A yang memulai cosplay karena memiliki kecintaan terhadap dunia anime, manga dan tokusatsu. Kedua, Pola B yang memulai cosplay karena diajak oleh teman-temannya yang sudah lebih dulu masuk dan berkecimpung di komunitas ini. Penyerupaan yang dilakukan oleh anggota cosplay hanya pada aspek lahiriah. Sehingga tidak mempengaruhi anggota cosplay dalam hal berkeyakinan atau agam