DISKURSUS ETIKA HEDONISME (Studi Komparasi Etika Epikuros dan Etika Al-Ghazali)

ABSTRAK Dalam perkembangannya hedonisme telah mengalami banyak pertentangan bahkan telah melahirkan stigma yang negatif yang diberikan oleh banyak kalangan salah satunya kalangan Islam, tokoh besar seperti Al-Ghazali juga tidak ketinggalan berkomentar. Padahal tokoh besar seperti Epikuros ternyata memiliki pandangan yang luar biasa mengenai hedonisme dan jauh dari kesan negatif. Secara umum hedonisme yang bersandar pada kesenangan seolah menunjukan sikap konsumerisme manusia, tetapi pertanyaan yang terlewatkan adalah “kesenangan seperti apa?”. Persoalan-persoalan yang kemudian muncul adalah, bagaimana hedonisme dimengerti oleh penganutnya sendiri? Bagaimana penganutnya mendefinisikan hedonisme? Kemudian yang tidak kalah penting, sebagai umat Islam pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana agama Islam memandang hedonisme?. Skripsi ini disusun menggunakan metode kualitatif dan pendekatan filosofis. Penulis berupaya untuk menggali etika hedonisme melalui pandangan dua tokoh yaitu Epikuros dan Al-Ghazali. Penulis ingin memperlihatkan kepada masyarakat, khususnya kalangan yang menolak, dan yang paling utama kalangan Islam bahwa hedonisme memiliki makna yang lebih dalam dan luas lebih dari sekedar bersenang-senang. Melalui dua pandangan tokoh tersebut, Epikuros sebagai penganut hedonisme dan Al-Ghazali sebagai penganut mistis Islam penulis ingin menemukan persamaan dan atau perbedaan dari kedua tokoh mengenai hedonisme. Dari hasil penelitian, penulis menemukan persamaan dari kedua tokoh yang krusial yaitu bagaimana upaya kedua tokoh ini dalam mencapai kebahagiaan. Akan tetapi seperti pepatah mengatakan setali tiga uang, penulis juga menemukan perbedaan yang begitu besar, yaitu cara pandang kedua tokoh mengenai peran Tuhan dalam kehidupan. Meskipun demikian persamaan kedua tokoh menjadi hal yang cukup biasa jika melahirkan ide yang sama, justru yang luar biasa adalah perbedaan dari kedua tokoh ternyata juga melahirkan ide yang serupa. Contoh yang xvii dapat disampaikan adalah pendapat kedua tokoh yang memilih untuk senantiasa menjalin persahabatan, mengasingkan diri, serta menjauhi politik, dan contoh yang telah disebutkan sama sekali tidak terpikirkan bagi mereka yang memandang hedonisme sebagai kesenangan saja tanpa ada upaya pengkajian secara kritis