PESAN MORAL DALAM AMTSAL AL-QURAN PADA HEWAN (Studi Analisis Komparatif Tafsir al-Quthubi dan al-Misbah)

Abstrak Firman Allah menjadikan hewan-hewan yang kecil (nyamuk), hewan yang kotor (lalat), hewan yang dikenal bodoh (keledai), hewan najis (anjing), dan hewan ternak sebagai amtsal, membuat penulis tertarik untuk mengkaji amtsal tersebut untuk dapat dipahami dan dijadikan pelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi terhadap pesan moral amtsal al-Qur’an pada hewan tersebut dengan menelusuri penafsiran Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi dan Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab, guna menjawab pertanyaan tentang bagaimana penafsiran komparatif ayat-ayat amtsal didalam al-Quran menurut kedua mufassir, serta apakah pesan moral yang terkandung dalam ayat-ayat amtsal dengan hewan? Adapun jenis penelitian ini adalah Library Research, dengan metode penafsiran Tafsir Muqaran antara Tafsir al-Misbah dan Tafsir al-Qurthubi. Adapun hasil penelitian ini adalah: al-Qurthubi dan Quraish Shihab menafsirkan ayat-ayat amtsal tersebut bahwa penggunaan amtsal dengan nyamuk dalam Qs. al-Baqarah: 26, ditujukan agar umat Islam mengambil pelajaran untuk tidak meremehkan segala perkara yang kecil. Amtsal dengan lalat dalam Qs. Hajj: 3 ditafsirkan sebagai bentuk penghinaan Allah terhadap kaum kafir yang menjadikan berhala sebagai sesembahan, dimana berhala tersebut tidak mendatangkan manfaat sedikitpun. Amtsal dengan laba-laba dalam Qs. al-Ankabut: 41 ditafsirkan sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir yang menjadikan berhala sebagai sesembahan dan tempat memohon perlindungan, sama seperti sarang laba-laba yang sangat rapuh dan tidak dapat melindungi dari serangan yang datang, sehingga perumpamaan tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Swt. Adapun amtsal dengan anjing disebutkan didalam Qs. al-A’raf: 176 yang ditafsirkan Quraish Shihab sebagai perumpamaan terhadap orang-orang yang tamak dan senantiasa mengejar dunia serta orang-orang ber-ilmu pengetahuan yang tidak mengamalkan ilmunya, perumpamaan mareka seperti anjing yang terus menerus menjulurkan lidahnya. Sementara al-Qurthubi menafsirkan amtsal tersebut dengan kisah Bal’am bin Baurah yang dahulunya hamba yang taat dan berilmu, akan tetapi ia menjadi kafir dan sesat hingga akhir hayatnya. Adapun amtsal dengan keledai dalam Qs. al-Jumu’ah: 5, al-Qurthubi dan Quraish Shihab menafsirkan amtsal dalam ayat tersebut merupakan perumpamaan bagi ahli Kitab yang diberi Taurat namun tidak beriman dan mengamalkan isinya, merubah dan mencampur-adukkan yang hak dan bathil, sehingga Allah serupakan mareka seperti keledai. Sedangkan amtsal Allah dengan binatang ternak terdapat dalam Qs. al-A’raf ayat 179 yang oleh al-Qurthubi dan Quraish Shihab ditafsirkan sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang diberi hati, mata, dan telinga, namun tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, perumpamaan bagi mareka adalah seperti binatang ternak. Antara al-Qurthubi dan Quraish Shihab, penafsiran keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan, karena perbedaan yang dominan bukanlah dari segi pemahaman dan tujuan, melainkan dari segi cara menjelaskan berdasarkan bidang keilmuan masing-masing. Kata Kunci: Pesan Moral, Amtsal, Al-Qur’an, Hewa