FIDYAH DAN PENGGANDAANYA SEBAB PENUNDAAN QADHA TANPA UZUR STUDI KOMPERATIF AL-GHAZALI (SYAFI’IYAH) DAN IBNU QUDAMAH (HANABILAH)

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adaya perbedaan pendapat antara Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah tentang pengaandaan fidyah puasa sebab penundaan qadha tanpa uzur.Waktu untuk mengqadha puasa Ramadhan itu hanya sampai bulan Sya’ban, jikaseseorang itu sanggup untuk mengqadha tetapi menunda qadha puasa itu tersebut sampai bertemu dengan Ramadhan berikutnya maka akan dikenakan kaffarat berupa fidyah selain kewajiban qadha juga mesti dilaksanakan. Qadha puasa Ramadhan itu apabila ditunda lagi sampai tahun berikutnya, maka akan mengalami penggandaan fidyah menurut Al-Ghazali dan tidak mengalami penggandaan menurut Ibnu Qudamah. Mencermati pedapat kedua Imam diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitia dengan rumusan masalah : bagaimana pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah tentang fidyah puasa dan penggandaan fidyah puasa sebab penundaan qadha puasa tapa uzur serta dalilnya, bagaimana metode istinbath hukum yang digunakan Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah dalam menetapkan penggandaan fidyah puasa sebab penundaa qadha tanpa uzur, serta bagaimana analisis fiqih Muqaran terhadap pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah tentang penggandaan fidyah puasa sebab penundaan qadha tanpa uzur. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan menelaah literature yang berhubungan dengan pembahasan ini.sumber data terdiri atas sumber primer yaitu kitab fiqih Al-Ghazali da Ibnu Qudamah, serta sumber skunder kitab-kitab fiqih dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Kitab dan buku-buku tersebut dikumpulkan dan kemudian dibahas dan dianalisa dengan menggunakan metode dekriftif dan komparatif. Adapun hasil penelitian, Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah sama-sama berpendapat bahwa orang-orang yang menunda qadha puasa Ramadhan padahal ia sanggup utuk melaksanakannya maka orang tersebut diberi sanksi dengan membayar fidyah. Akan tetapi Al-Ghazali dan Ibu Qudamah berbeda pendapat tentang fidyah tersebut.menurut Al-Ghazali akan mengalami penggandaan apabila p[enundaan tersebut bertambah tahunnya. Sedangkan Ibnu Qudamah berpendapat, fidyah tersebut tetap tidak mengalami penggandaan. Pendapat Al-Ghazali berdasarkan kepada Al-Quran, Hadits, Qaul Sahabi, dan Qiyas, begitu pula pendapat Ibnu Qudamah berdasarkan Al-Quran, Hadits, Qaul Sahabi, dan Qiyas, aka tetapi Al-Ghazali dan Ibnu Qudamah berbeda pendapat tentang ilat qiyas. Al-Ghazali mengqiyaskan kepada Hadits yang memberikan sanksi terhadap orang yang menunda qadha puasa pada tahu pertama, sehingga jika orang tersebut menunda qadha pada tahun berikutnya maka fidyah nya akan mengalami penggandaan, sedangkan Ibnu Qudamah mengqiyaskan fidyah itu dengan kewajiban ibadah haji, kewajiba haji hanya sekali seumur hidup walaupun ditunda bertahun-tahun, jadi jika orang tersebut menunda qadha sampai tahun berikutnya maka fidyahnya tidak megalami penggandaan. Menurut analisis penulis lebih cenderung kepada pendapat Al-Ghazali, yang melihat kehati-hatia terhdap akibat hukum yang ditimbulka dari menunda-nunda qadha puasa Ramadhan