DILÂLAH MAKNA RÛH DALAM PENAFSIRAN IBNU KATSÎR DAN QURAISH SHIHÂB

Skripsi ini berjudul “Dilâlah Makna Rûh Dalam Penafsiran Ibnu Katsîr Dan Quraish Shihâb (Kajian Komparatif)”, tujuannya untuk memperjelas makna kata Rûh. Walaupun Allah telah menurunkan al-Qur’ân dengan bahasa Arab yang jelas, tetapi belum semua umat Islam paham dan mengerti makna kata-kata yang terdapat dalam al-Qur’ân. Khususnya mengenai makna dan penafsiran kata Rûh. Maka yang menjadi pokok penelitian skripsi ini adalah menguraikan bagaimana makna dan penafsiran kata Rûh yang terdapat dalam al-Qur’ân, serta bagaimana penafsiran kata Rûh menurut Ibnu Katsîr dan Quraish Shihâb. Pada konteks apa saja Rûh itu dimaknai Jiwa (potensi hidup manusia), Jibrîl, maupun al-Qur’ân, dan apakah ada makna lain selain yang telah disebutkan di atas. Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang penulis lakukan mengikuti prosedur yang telah digariskan berkenaan dengan metode tafsîr muqâran (perbandingan) yaitu membandingkan suatu ayat dengan ayat lainnya. membandingkan ayat dengan hadis yang membahas kasus yang sama atau sebaliknya. Membandingkan suatu tafsîr dengan tafsîr lainnya mengenai makna kata Rûh, serta menafsirkannya dengan penafsiran Ibnu Katsîr dan Quraish Shihâb. Penelitian ini termasuk dalam jenis/kategori pustaka (library research) ini menitik beratkan pada literatur dengan cara menganalisis muatan isi dari literaturliteratur yang terkait dengan penelitian baik dari sumber data primer maupun skunder. Data primer yang disajikan adalah segala yang berkaitan langsung dengan pokok kajian. Sedangkan data skundernya adalah berupa referensireferensi yang secara tidak langsung terkait dengan tema dalam al-Qur’ân. Adapun kesimpulannya adalah bahwa di dalam al-Qur’ân makna Rûh terdapat 21 kali dalam 20 ayat dalam 18 surat pengulangan. Dari penafsiran yang dilakukan Ibnu Katsîr dan Quraish Shihâb diperoleh segi persamaannya dalam menafsirkan Dilâlah makna Rûh dalam al-Qur’ân, dimana secara umum antara kedua mufassir tersebut menyepakati bahwa memaknai kata Rûh mengandung makna sesuatu yang membuat makhluk bisa hidup (Jiwa), dan juga bermakna malaikat Jibrîl ataupun al-Qur’ân, bahkan pertolongan dari Allah, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsîr. Namun, Ibnu Katsîr dan Quraish Shihâb dalam menafsirkan makna Rûh dalam al-Qur’ân tidak memberikan sebuah pendapat atau pemikirannya secara eksplisit tentang makna Rûh, hanya memberikan pemaparan pendapat ulama lain. Selanjutnya, ada juga perbedaan dalam menafsirkan makna Rûh dalam al-Qur’ân, yang mana Ibnu Katsîr dalam menafsirkan makna ayat mengenai kata Rûh menggunakan hadis Rasulullah saw. dan perkataan sahabat, dan jarang menggunakan atau pun mengutip perkataan ulama tafsîr lainnya. Sedangkan Quraish Shihâb dalam menafsirkan kata Rûh beliau menafsirkannya dengan menggunakan ayat lain, yang lebih dikenal Tafsîr âyat bi al-âyat, pendekatan kebahasaan dan mengutip pendapat ulama yang lain seperti Thabâthabâ’i dan Ibnu ‘Âsyûr dan lain-lain