(ketenteraman, kedamaian, keutuhan diri, kepedulian terhadap sesama) kini dan kelak menjadi tujuan final manusia beragama. Maka, iman perlu bertumbuh dari dan berakar dalam pengalaman sehari-hari yang direfleksikan sampai pada tataran religiositas. Artinya, dikaitkan dengan misteri-misteri terdalam kehidupan. Lebih lanjut Bartolomeus menjelaskan, refleksi atas pengalaman hidup eksistensial secara otomatis juga akan membuat orang mempertimbangkan kembali bermacam wahyu dan kebenaran dari agama-agama lain. Iman yang bertumbuh dan mencari kematangannya memang akan bertualang menelusuri keluasan dan kompleksitas kehidupan. Terburu-buru memberi cap atheis, agnostik, sekuler, kafir, bidaah, dan sebagainya pada orang-orang yang bertualang ini h...