Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Kelompok Petani Perempuan (Sauyunan Perempuan Petani Binangkit Kabupaten Cianjur)

ABSTRAKMuhamad Fajri Yanuar, 11120541000047Peran Pendamping Dalam Pemberdayaan Kelompok Petani Perempuan (Sauyunan Perempuan Patani Binangkit Kabupaten Cianjur)Melihat kondisi saat ini posisi kaum perempuan masih banyak yang membandingkan dengan perspektif gender, oleh karena itu kaum perempuan merasa berada pada batasan-batasan tertentu. Perempuan secara nyata kurang memiliki akses terhadap kepemimpinan dan dan pengambilan keputusan, meski mempunyai peran penting. Sedangkan kaum perempuan yang berprofesi sebagai petani juga diharapkan menanggung beban ganda pekerjaan rumah tangga dan pertanian. Oleh karena itu kaum tani perempuan membutuhan wadah dalam mengatasi permasalahan mereka. Sauyunan Perempuan Petani Binangkit merupakan suatu organisasi yang di gagas pada kaum petani perempuan yang memiliki keresahan dan permasalahan yang sama, sehingga mereka memiliki kesamaaan yang sama dan membuat satu tujuan dalam upaya melepaskan ikatan atas permasalahan yang di bebankan kepadanya.Melihat hal ini peneliti tertarik dalam membahas permasalahan diatas dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh Sauyunan Perempuan Petani Binangkit dan peran pendamping dalam melakukan pemberdayaan kelompok.Tahapan pemberdayaan Sauyunan Perempuan Binangkit dilakukan melalui pertemuan rutin, melakukan pelatihan, serta praktek lapangan dan mengadakan evaluasi rutin yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pemberdayaan. Pendamping dalam Sauyunan Perempuan Petani Binangkit dalam peranannya melakukan peranan sebagai pemercepat perubahan (Enebler), perantara (broker), pendidik (edukator), Perencanaan Sosial (Sosial Planner) serta tahapan pemberdayaan. Peranan ini dilakukan oleh pendamping sabagai upaya untuk membantu individu, kelompok, maupun masyarakat agar mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental sosial, dan kemandirian sosial yang sebaik-baiknya, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung.viii, 116 hlm,; 26 cm