Tarekat Qadiriyah Hanafiyah: Sejarah Lahir dan Perkembangannya di Indonesia

Era globlalisasi berdampak pada penggerusan atau pengkikisan terhadap nilai-nilai keislaman. Salah satu kegelisahan yang muncul adalah krisis spiritual dalam diri manusia. Akan tetapi terkadang gerakan spiritual yang diwakili aliran tarekat kerap menggunakan gerakan konservatif dan ekslusif sehingga kurang mengena di dalam kehidupan sehari-hari. Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah menghadirkan Tarekat Qadiriyah Hanafiyah dengan mentransformasikan organisasi tasawufnya di dalam lembaga atau organisasi formal. Keberadaan organisasi tersebut ternyata berdampak pada penyebaran Tarekat Qadiriyah Hanafiyah semakin berkembang pesat hingga ke wilayah Asia. Penelitian ini menganalisa ajaran dan bentuk-bentuk penyebaran Tarekat Qadiriyah Hanafiyah dengan analisis deskriptif dan analisis hystoris. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini mengumpulkan data melalui library research maupun field research yakni dengan cara mengumpulkan buku atau dokumen terkait Tarekat Qadiriyah Hanafiyah sekaligus melakukan observasi dan wawancara kepada Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah dan para Khalifahnya. Hasil penelitian ini antara lain, Tarekat Qadiriyah Hanafiyah memiliki empat ajaran utama berupa Dzikir, Rasa Dekat, Penyaksian dan Cinta. Rasa dekat merupakan term yang kerap digunakan Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah dalam menjelaskan keseluruhan ajaran Tarekatnya. Adapun bentuk penyebaran Tarekat Qadiriyah Hanafiyah ini metode penyebaran melalui doktrinal berupa mengadakan kajian-kajian di beberapa masjid serta menyebar melalui institusi atau organisasi. Cara ini kemudian mentransformasikan organisasi tasawufnya ke dalam organisasi formal seperti mendirikan Majelis Rabbani Indonesia (MRI), Tasawuf Islamic Center Indonesia (TICI) maupun Dewan Ulama Tarekat Indonesia (DUTI). Keberadaan organisasi formal di bawah naungan Tarekat Qadiriyah Hanafiyah secara nyata dan langsung dapat menjawab krisis spiritual yang tengah dihadapi era globalisasi saat in