Puisi keagamaan dan politik: Shalawat Badar dan politik NU masa orde lama

Sastra tidak saja berhenti pada keindahan bahasa semata, melainkan cermin realitas dengan influence yang luas. Bahkan dikemukakan oleh Eagleton bahwa dalam setiap teks sastra terdapat ideologi nyata yang berhubungan dengan struktur yang lebih luas seperti agama, sosial, dan politik. Adanya ideologi politik dalam teks sastra juga berlaku pada sastra yang bergenre keagamaan. Hal ini merupakan satu relevansi yang dapat dijadikan landasan dalam studi kritik sastra. Peneliti melihat, dalam syair Shalawat Badar karangan Ali Manshur berhasil memadukan teks sastra keagamaan dengan konteks politik di masanya. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).Sumber kajian yang digunakan adalah teks puisi keagamaan Shalawat Badar karya Ali Mansur dengan memakai pendekatan semiotika sastra. Karya sastra memuat beragam tanda yang dapat ditemukan makna-makna baru yang lebih sesuai dengan konteks. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, analisis isi teks dengan teori semiotika Roland Barthes. Analisis makna pada teks dilakukan dengan menggunakan metode pembacaan model semiotik yang terdiri atas pembacaan heuristic dan pembacaan hermeneutik. Tesis ini berkesimpulan bahwa sastra sangat berkaitan erat dengan realitas sosial dan politik yang terjadi di masanya. Sastra mampu menjadi sebuah representasi politik suatu kelompok tertentu, bahkan menjadi identitas dan mobilisasi politik. Dalam hal ini Shalawat Badar yang dikarang oleh Ali Manshur, seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia masa Orde Lama, dipandang memiliki hubungan dengan politik NU pada masa itu. Tesis ini menolak pendapat Roman Jacobson dan Victor Shklovsky yang berpendapat bahwa adanya sastra hanya sebatas seni semata. Mereka menganggap sastra terhenti pada teks saja (aspek intrinsik), dan mengesampingkan pengaruh sosial budaya pengarang (aspek eksintrik) serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Sebaliknya, penelitian ini memperkuat pendapat Suyono Suyatno (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Sajak-sajak Realisme Sosialis Lekra: Kajian Tematik, yang menyimpulkan bahwa karya sastra itu harus bersifat keberpihakan (tendensius), ix penuh harapan (optimistis), penuh kepahlawanan (heroik) dan berorientasi pada sebuah ideologi. Lucien Goldman (1981) juga mengatakan bahwa sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dari latar belakang pengarangnya atau subjek penciptanya. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teksShalawat Badar karangan Ali Manshur Shiddiq. Sedangkan sumber sekundernya adalah literatur-literatur yang sudah lebih dulu diteliti baik dalam hal konsep teoritis, metode dan pendekatan penelitian atau dalam hal informasi-informasi atau data yang berkaitan dan masih relevan denga objek kajian