Modernisasi Pendidikan Islam di Banten: Peran KH. Syam'un dalam Membangun Pesantren Al-Khairiyah Citangkil Desa Warnasari Cilegon Banten, 1916-1942

Modernisasi pendidikan Islam di Banten merupakan respon terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda yang bersikap diskriminatif terhadap kaum pribumi. Keterpurukan membuat umat Islam tidak mampu bangkit dari penjajah pada masa itu, menjadi alasan kuat seorang ulama Banten bernama KH. Syam?un lahir pada masa penjajahan Belanda untuk mendirikan pesantren Al- Khairiyah Citangkil pada 1916. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana modernisasi pendidikan Islam di Banten yang dilakukan oleh KH. Syam?un pada masa Belanda? Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui modernisasi pendidikan Islam di Banten yang dilakukan oleh KH. Syam?un pada masa Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penulisan sejarah yaitu: Tahap Heuristik, Tahap Kritik, Tahap Interpretasi, dan Tahap Historiografi. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan yaitu: Perjuangan masyarakat Banten untuk menghadapi penjajahan dilakukan dengan berbagai cara, namun selalu mengalami kegagalan. Maka KH. Syam?un sebagai seorang ulama di Banten atas dasar kondisi tersebut menghadapinya melalui pendidikan, mendirikan Pesantren Al-Khairiyah Citangkil Cilegon pada 1916 mengunakan sistem tradisional. Kemudian, pada 1925 pesantren mengalami modernisasi dengan menggunakan sistem klasikal. Sistem Klasikal mengintegrasikan sistem sekolah Belanda dengan Pesantren. KH. Syam?un yakin dengan bekal nilai ibadah dan ilmu pengetahuan manusia akan tumbuh kesadaran bahwa dengan pendidikanlah persoalan kolonialisme akan dapat teratasi