Perintah Ṣalat Pada Anak Usia Dini: Kajian living hadis di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Bunar, Bogor

Pemahaman manusia terhadap sesuatu banyak didasari dengan berbagai pengaruh dari pihak tertentu yang juga sangat berpengaruh dimasyarakat. perintah ṣalat pada anak usia dini yang dilakukan di Pondok Pesantren Manbaul Ulum adalah memukul menjadi perdebatan di berbagai kalangan sehingga menimbulkan perbedaan pendapat sepeti di kalangan sarjana seperti Ferra Dwi Jayanti memaknai makna ini menggunakan makna ma?jazi sehingga menarik di sandingkan untuk mengetahui makna tersebut dikalangan masyarakat itu sendiri dalam penelitian ini yaitu di Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Bogor. penelitian ini mengkaji tentang perintah salat pada anak-anak di pondok pesantren Manbaul Ulum Bogor. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengetahui pemaknaan perintah salat pada pendidik di lingkungan pondok pesantren manbaul ulum. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena living hadis. Penelitian ini bersifat deskriptif, kualitatif menggunakan teori epistemologi umum untuk mengetahui pemahaman pendidik dan sekaligus menggunakan teori Tindakan Max Webber. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perintah salat yang dilakukan oleh pengasuh terhadap anak-anak memiliki landasan hadis yang dijadikan prinsip dalam kegiatan tersebut. Para pendidik pula memerintahkan pada anak usia dini dengan melihat mumayyiz-nya atau dapat membedakan tangan kanan dan tangan tangan kiri, mana yang baik dan buruk. Disamping itu pula, terdapat efek positif dari memerintahkan anak usia dini salat yakni menjadikan salat sebuah kebiasaan ketika usia 7 tahun. Para pendidik memahami hadis ini yang bersumber dari kitab I?anatu At-Thalibin, kiitab Syarh Sunan Abu Daud dan Kitab-kitab Fiqh. Dalam memahami hadis ini pendidik menggunakan pemahaman normative-tekstualis untuk memahami hadis tersebut tolak ukurnya adalah dari kitab-kitab tersebut. Selain itu, terdapat makna penting tentang memukul dalam hadis perintah salat yakni memukul dengan makna haqiqi yang dilakukan di bagian telapak tangan atau telapak kaki karena bagian tersebut tersambung pada otak tujuannya agar mereka berfikir. Yang kemudian tindakan memukul ini menjadi penerapan akhir dari hukuman bagi anak yang tidak ṣalat menggunakan tindakan rasional instrumenta