Argumentasi Penamaan Surat Al-Quran: Analisis Penamaan Surat ke-112 dengan kata Al-Ikhlaṣ

Ada pertanyaan besar yang ingin disampaikan dalam skripsi ini, yaitu bagaimana argumentasi para ulama tentang penamaan surat ke-112 (surat al-Ikhlas) dalam al-Qur‟an? Mengapa surat tersebut dinamakan dengan surat al-Ikhlas padahal dalam ayat-ayatnya tidak ada satu pun yang menyinggung kata خلص إخلاص ? Apakah penamaan surat-surat dalam al-Qur‟an bersifat tauqīfī atau ijtihādī? Hal ini memicu penulis untuk melakukan sebuah penelitian atas teori-teori tentang penamaan surat-surat dalam al-Qur‟an. Penelitian ini dimulai dengan melacak nama-nama surat dalam al-Qur‟an yang penamaannya tidak diambil berdasarkan kata dalam ayat-ayatnya. Lalu, kemudian dalam penelitian ini penulis memilih lebih memfokuskan analisis pada penamaan surat al-Ikhlas sesuai dengan asumsi awal bahwa dalam surat ini tidak ada kata Ikhlāṣ itu sendiri. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dapat diketahui bahwa argumentasi para ulama‟ mengenai alasan mengapa surat ke-112 dalam al-Qur‟an dinamai dengan al-Ikhlāṣ meskipun dalam ayat-ayatnya tidak ada kata Ikhlāṣ adalah karena isi kandungan dari surat tersebut yang menjelaskan tentang Dzat Yang Maha Suci dan keharusan-Nya menyandang puncak semua sifat sempurna, serta menghindarkan dari-Nya semua sifat kekurangan. Sehingga dalam beribadah, seorang hamba hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan dengan mengesakan Allah di dalam tujuan atau keinginan ketika melakukan ketaatan, yaitu taqarrub kepada Allah swt., memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri dan mengesakan-Nya. Secara garis besar, temuan kunci dari skripsi ini adalah bahwa penamaan terhadap surat-surat dalam al-Qur‟an itu bersifat ijtihād&#299