Kritik Insan Mokoginta Terhadap Ketuhanan Yesus

Agama Kristen banyak mengajarkan hal-hal kepada penganutnya. Salah satu ajaran yang paling mendasar dan menimbulkan banyak kontroversi adalah tentang ketuhanan, di mana pada umumnya Yesus diimani sebagai Tuhan sekaligus manusia. Insan menilai bahwa sifat ketuhanan tidak ditemukan dalam diri Yesus. Banyak karya Insan mencoba menyampaikan hal-hal yang membuktikan bahwa Yesus hanya manusia utusan Tuhan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti apa landasan kritik Mokoginta terhadap ketuhanan Yesus. Hal ini menarik peneliti untuk menuliskan bagaimana tanggapan tokoh agama Kristen mengenai kritik dan pandangan Mokoginta terhadap ajaran Kristen, terutama tentang ketuhanan Yesus. Peneliti menggunakan metode studi pustaka (Book Survey/Library Research). Book survey adalah suatu teknik dengan cara menuliskan data-data yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti, serta menuliskan datadata dari buku-buku yang ada relevansinya untuk memperoleh data pustaka. Oleh karena itu penulis menggunakan data-data yang diperlukan, baik primer maupun sekunder. Adapun data-data primer adalah karya-karya inteluktual Insan Mokoginta yang dipakai sebagai sumber utama, seperti 13 Alasan Mencintai Yesus Harus Masuk Islam, 101 Bukti Yesus Bukan Tuhan, Samakah Isa (dalam al- Qur?an) dengan Yesus (dalam Injil), Alih Profesi Ustadz Jadi Pendeta, dan Mana Yang Bisa Dipercaya Alkitab Atau al-Qur?an, serta wawancara langsung dengan Insan Mokoginta. Sedangkan data sekunder adalah buku-buku atau data lainnya yang masih ada kaitannya dengan topik yang sedang dibahas. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif analisis dengan mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menggambarkan mengenai kritik yang diutarakan oleh Mokoginta tentang asal mula nama agama Kristen, ajaranajaran yang dibawa Yesus dan Paulus, dan perilaku umat Kristen. Kritik tersebut direspon oleh tokoh Katolik yang bernama Paul Zhang yang berpandangan bahwa sulitnya memahami Alkitab terutama bagi orang-orang yang tidak mempelajarinya secara langsung dengan ahli tafsir, sehingga kesalahan penafsiran akan terjadi dan menimbulkan kesalahpahaman, seperti yang terjadi pada Insa