Ajaran Tasawuf Raden Ngabehi Ranggawarsita: Studi Terhadap Serat Sabdajati

Kebudayaan Jawa mempunyai karakteristik tersendiri dalam memahami Islam. Islam disampaikan kepada masyarakat Jawa melalui kebudayaan-kebudayaan Jawa yang sudah mengakar di hati masyarakat agar dapat dipahami secara baik oleh mereka. Corak sinkretis yang terdapat dalam Islam di Jawa kerap menimbulkan wacana yang beraneka ragam bagi masyarakat luas. Sudah menjadi pengetahuan luas bahwa ajaran-ajaran mistik kejawen atau tasawuf dibawakan oleh pujangga-pujangga Jawa terdahulu. Salah satu setelah kiprahnya para wali songo di Jawa tampilah seorang Pujangga Keraton Surakarta, Ranggawarsita. Ranggawarsita membawakan ajaran mistiknya melalui kesusastraan. Sebagai seorang Pujangga Keraton, Ranggawarsita dalam karya-karyanya yang mempunyai nilai sastra tinggi banyak memaparkan ajaran-ajaran tasawuf. Salah satu dari karyanya yang memuat nilai ajaran tasawuf adalah Serat Sabdajati. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Sumber penelitian yang digunakan adalah salah satu karya dari Ranggawarsita yaitu Serat Sabdajati. Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga ajaran tasawuf dalam Serat Sabdajati, yaitu zuhud, makrifat, dan ketuhanan. Ajaran tentang zuhud sama halnya dengan konsep zuhud dalam tasawuf. Yaitu seruan untuk hidup ?prihatin? atau kesedarhanaan, menjauhi segala nafsu yang dapat menggagalkan penghayatan mistis seseorang. Ajaran tentang makrifat tidak jauh berbeda dengan paparannya mengenai zuhud. Secara perjalanan yang ditempuh oleh seseorang sama, yaitu harus dapat mengendalikan nafsu yang terdapat dalam diri seseorang. Dalam kepustakaan Jawa bahwa makrifat adalah ilmu kasampurnan, untuk itu seseorang tidak dianjurkan mengatakan kepada masyarakat secara luas mengenai penghayatan yang didapat. Dikhawatirkan beberapa orang tidak dapat memahami dengan baik hingga mengakibatkan kesalahpahaman. Dan ajaran yang selanjutnya yang terdapat dalam Serat Sabdajati adalah ketuhanan. Ajaran ketuhanan yang digambarkan dalam karya tersebut mengenai kesatuan manusia dengan Tuhan. Bahwa menyatunya manusia dengan Tuhan yang secara sempurna yaitu ketika seseorang mengahadapi maut atau sakaratul maut