Penggunaan Semiotika Naratologi A. J. Greimas dalam Pembacaan Kisah al- Quran

Skripsi ini membahas tentang pemaknaan total dalam kisah Nabi Ibra>hi>m melalui pisau analisa semiotika naratologi A. J. Greimas. Penelitian ini difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana koherensi dan keterpaduan unsur-unsur dalam kisah Nabi Ibra>hi>m a.s. dalam al-Qur`a>n, dan bagaimana pemaknaan ide atau gagasan cerita kisah Nabi Ibra>hi>m dalam al- Qur`a>n. Untuk membahas permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika naratologi Greimas. Dalam perkembangannya, teori ini mampu mengurai unsur-unsur kisah secara rinci, dari mulai tema, tokoh, alur, dan nilai pesan secara skematis dan totalitas. Objek kajian cerita yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah memperbantukan teks saduran Nafran Hasyim dalam desertasi Nafron Hasjim tentang kisah Nabi Ibra>hi>m a.s. Berdasarkan penelitian penulis, dapat dikemukakan bahwa kisah Nabi Ibra>hi>m a.s. dalam al-Qur`a>n mengandung unsur-unsur sebagaimana terdapat dalam kisah, berupa tema, tokoh, alur, episode, latar waktu dan tempat dan nilai pesan. Di antara pesan yang ingin disampaikan adalah sebuah ?kebebasan makhluk melaksanakan perintah -yang dikultuskan Allah melalui perantara para nabi- tidak lepas dari campur tangan-Nya, sebab keduanya menentukan adanya reward/ganjaran setelahnya. Melalui tema besar kisah, yakni kemukjizatan Nabi Ibra>hi>m a.s., ditemukan juga bahwa episode, tokoh, setting waktu dan tempat merupakan dasar penentuan struktur lahir teks, struktur manifestasi teks dan struktur batin teks. Dari struktur batin itulah ditemukan ide gagasan ?kebebasan? dan ?ganjaran? yang berkembang menjadi kisah seperti kita temukan berbagai versi yang ditulis panjang lebar. Keunggulan dari pendekatan semiotika naratologi Greimas ini adalah ia mampu menunjukkan proses penyusunan teks yang diberangkatkan dari nilai atau ideologi teks secara terstruktur. Sehingga secara otomatis pembaca atau pendengar mampu menangkap ide dan gagasan utama dari kisah al-Qur`a>n. Hanya saja, tiga tahapan penstrukturan tersebut tidak bisa dilakukan apabila penelitian dilakukan tanpa memperbantukan teks dasar kisah, sehingga mengharuskan peneliti melakukan rekayasa kisah dari al-Quran