Qabasun min Nūr Al-Qur'ān: telaah metodologi penafsiran al-Ṣābūnī

Sejarah mengenai penafsiran al-Qur‟an yang terus berkembang dan tumbuh hingga saat ini bahkan di masa mendatang tak lepas dari perkembangan metodologi penafsiran. Para mufassir mempunyai metodologi yang berbeda-beda ketika mereka menafsirkan ayat al-Qur‟an. Salah satu dasar perbedaan metodologi yang ditawarkan para mufassir dalam kitab tafsirnya disebabkan adanya problematika yang semakin kompleks yang dihadapi oleh masyarakat modern. Oleh karena itu, mereka masing-masing berusaha menawarkan tafsir al-Qur‟an dengan metode yang dapat memudahkan masyarakat untuk mengkaji dan memahami kitab sucinya melalui kitab tafsir. Terdapat bermacam-macam karyakarya tafsir dengan metode yang berbeda-beda dalam khazanah keilmuan Islam. Karya tersebut ada yang menggunakan metode tahlili, ijmali, muqāran, maupun tematik. Setiap metode yang digunakan tentunya memiliki latar belakang yang berbeda pula. Salah satu mufassir yang turut serta menghasilkan karya tafsir guna menjawab berbagai problematika yang semakin kompleks di masyarakat adalah Muḥ ammad ?Alī Al-Ṣ ābūnī. Beliau menghasilkan beberapa karya tafsir yang diantaranya adalah Rawā?i al-Bayan fī Tafsir Ᾱ yat al-Aḥ kām, Safwah al-Tafāsir dan Qabasun mīn Nūr Al-Qur?ān. Dalam Rawā?i al-Bayān dan Ṣ afwah al- Tafāsir, al-Ṣ ābūnī menggunakan metodologi klasik yaitu tahlili yang di dalam kitab tafsir ini beliau mengulas ayat-ayat dari berbagai aspek. Perbedaan dari kedua tafsir tersebut terletak pada corak, Rawā?i al-Bayān bercorak fiqhi sedangkan Ṣ afwah al-Tafāsir bercorak al-Adabi Ijtimā?i. Adapun Tafsir Qabasun min Nūr Al-Qur?ān, al-Ṣ ābūnī mengistilahkan kitabnya ini dengan sebutan Dirāsah Qur?āniyyah yang beliau bagi menjadi Dirāsah Qur?āniyyah Mauḍ ū?iyyah Tahlīliyyah yang pembahasannya tanpa merinci satu per satu ayat-ayat atau kelompok ayat yang ditafsirkan dan Dirāsah Qur?aniyyah Tahlīliyyah dengan merinci ayat per ayat yang ditafsirkan. Kitab yang belum banyak dikenal oleh masyarakat ini menyajikan penafsiran yang ringkas dan di dalam penafsirannya disertai dengan tema-tema yang terkandung di dalam ayat atau kelompok ayat yang ditafsirkan. Tafsir Qabas tidak terlalu memperluas pembahasannya dari sisi bahasa, kaidah nahwu, qiraat, dan lain-lain seperti yang terdapat dalam karya tafsir al-Ṣ ābūnī yang lain, yaitu Rawā?i al-Bayan fī Tafsir Ᾱ yat al-Aḥ kām dan Ṣ afwah al-Tafāsir. Dalam tafsir Qabas langsung membahas terhadap kandungan inti yang terdapat di dalam ayat. Gaya bahasa yang digunakan oleh sang mufassir pun sederhana namun lugas seperti bahasa ceramah yang tentunya hal tersebut memudahkan dalam memberi pemahaman bagi sang pembaca dalam mengkaji kitab suciny