Analisis teori ekonomi mikro agama: pengarug religiusitas islam terhadap perilaku ekonomi muslim

agama? universal, yaitu ?seorang beriman (homo religius) mengalokasikan seluruh sumber daya ekonomi (waktu, tenaga, dan uang/pendapatan) untuk konsumsi barang/jasa guna memenuhi kebutuhan nafkah hidup duniawi (D) dan kepentingan agama/ akhirat (A) bagi dirinya sendiri atau orang-orang yang dicintai dikasihi, dinafkahi, disantuni dan dipedulikannya, pada titik keseimbangan (qist}/ekuiliberium) yaitu kombinasi yang mampu memberi ?maslahat? tertinggi bagi kesejahteraan sepanjang hidupnya di dunia dan akhirat?. ?Maslahat? adalah manfaat total (total benefits) yang dapat diperoleh, dirasakan dan yang diharapkan dari konsumsi sejumlah kombinasi barang dan jasa, terdiri dari 1) manfaat di dunia, berupa a) manfaat fisik/lahiriah (utilitas) dan b) manfaat non fisik/batiniah (termasuk manfaat psikologis dan sosial) c) manfaat spiritual di dunia (?barokah?/keberuntungan) serta 2) manfaat spiritual di akhirat (ekspektasi imbalan ?pahala?, surga bebas siksa api neraka, dan lain-lain). Secara grafis, letak posisi titik ekuiliberium homo religius yang memberikan ?maslahat? tertinggi ini pada garis anggaran tergantung pada tingkat religiusitas. Analisis efek perubahan harga dan pendapatan menurunkan ?teori permintaan agama?, dengan menyusun konsep ?harga bersih/netto agama? yaitu: biaya agama/cost of religion (CR) dikurangi harga relatif agama (PH). PH adalah ?manfaat dan dorongan/ insentif untuk melaksanakan aktifitas keagamaan?. CR ialah total pengorbanan uang, waktu, tenaga termasuk biaya oportunitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas dan kewajiban agama. Tingkat religiusitas mempengaruhi permintaan terhadap agama melalui selera atau kecenderungan terhadap barang/jasa yang perlukan untuk melakukan aktivitas dan kewajiban agama. Semakin tinggi tingkat religiusitas semakin cenderung terhadap agama, yang berarti semakin banyak mengkonsumsi barang dan jasa yang berkaitan dengan kegiatan atau kewajiban agama; demikian pula sebaliknya. Tingkat religiusitas juga menentukan harga agama sehingga mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa untuk kepentingan agama. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin tinggi pengetahuan, pemahaman dan keyakinan akan imbalan dan manfaat dari aktifitas kewajiban agama; sehingga cenderung untuk melakukannya