Latar belakang Australia melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui mekanisme reducing emission from deforestation and forest degradation (REDD+) periode 2008-2012

Skripsi ini menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi Australia melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui mekanisme REDD+ periode 2008-2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor domestik maupun eksternal yang mendasari Australia melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui mekanisme REDD+. Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara. Peneliti menemukan bahwa munculnya mekanisme REDD+ sebagai suatu �opsi baru? guna mengurangi emisi GRK dalam UNFCCC. Hal ini tidak terlepas dari adanya dorongan baik dari negara-negara maju, maupun negara-negara berkembang guna menjadikan mekanisme REDD+ sebagai suatu kesepakatan formal yang diakui di dalam UNFCCC, paska tahun 2012. Walaupun REDD+ masih berada dalam tahap negosiasi, Indonesia dan Australia telah mengeluarkan kebijakanya terlebih dahulu dalam mekanisme REDD+. Kebijakan ini tercermin melalui pembentukan kemitraan IAFCP oleh kedua negara Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah Teori Kebijakan Luar Negeri Holsti yang berfokus pada analisa faktor domestik dan faktor eksternal, Konsep Kepentingan Nasional, dan Konsep Kerjasama. Dari hasil penelitan ini, diketahui bahwa latar belakang Australia melakukan kerjasama dengan Indonesia melalui mekanisme REDD+ didasarkan oleh kepentingan dalam faktor sosio-ekonomi, keamanan dan politik. Mekanisme REDD+ dinyatakan sebagai suatu opsi untuk mengurangi emisi GRK secara mudah dan murah yakni hanya berkisar 1$ hingga 5$ per ton karbon. Selain itu diketahui bahwa dengan bekerjasama melalui mekanisme REDD+ dengan Indonesia, terdapat potensi pengurangan emisi GRK dalam jumlah besar, yakni, mencapai tiga kali lipat dari total emisi GRK Australia. Hal ini menjadi alasan kuat yang melatarbelakangi Australia bekerjasama dengan Indonesia melalui mekanisme REDD+. Tujuanya adalah untuk mendorong disepakatinya pendanaan REDD+ berbasis mekanisme pasar dalam UNFCCC. Sekaligus mempersiapkan Indonesia agar dapat berpartisipasi dalam pasar karbon internasional. Sehingga Indonesia dapat dijadikan sebagai tempat pengalihan emisi Australia di masa mendatang. Upaya ini juga dilakukan guna melindungi perekonomian dalam negeri Australia, atas komitmen pengurangan emisi jangka panjang yang telah dinyatakan. Faktor lain yang melatarbelakangi adalah faktor keamanan, di mana kerentanan Australia yang tinggi terhadap isu perubahan iklim, membuat Australia dituntut melakukan aksi nyata demi melindungi keamanan negaranya dari dampak negatif perubahan iklim. Sedangkan faktor eksternal yang melatarbelakangi yakni adanya kepentingan Australia terhadap Indonesia dalam aspek politik, keamanan, dan geografis. Sekaligus dilakukan sebagai respon Australia dari adanya tuntutan sebagai kelompok Annex I, dan kekuatan tengah dalam sistem internasional dalam menanggulangi perubahan iklim. Di mana hal ini dilakukan juga demi mencapai kepentingan nasionalnya yakni dipandang sebagai warga negara dunia yang baik, dengan terlibat aktif menanggulangi permasalahan perubahan ikli