Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menggunakan Sabuk Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Umum di Terminal Bus Pulo Gadung Tahun 2008

Dalam rangka mengurangi angka kematian dan keparahan akibat kecelakaan lalu lintas, pemerintah menerapkan kebijakan penggunaan sabuk keselamatan, karena sejumlah fakta membuktikan bahwa sabuk keselamatan merupakan perangkat yang memberikan perlindungan maksimal dari ancaman cedera serius dan kematian dalam sebuah kecelakaan. Namun pada kenyataannya masih banyak pengemudi yang tidak menggunakan sabuk keselamatan pada saat berkendara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menggunakan sabuk keselamatan pada pengemudi angkutan umum di terminal bus Pulo Gadung tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Variabel yang diamati adalah perilaku menggunakan sabuk keselamatan, pengetahuan tentang sabuk keselamatan, sikap terhadap penggunaan sabuk keselamatan, umur, tingkat pendidikan, lama kerja, fasilitas dan pengawasan. Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat berupa uji chi square dan T test, lalu dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda model prediksi. Tempat penelitian di terminal bus Pulo Gadung tahun 2008. Total populasi tidak diketahui, sedangkan jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 146 orang, dengan metode pengambilan sampel yaitu sistematic random sampling. Proporsi pengemudi yang menggunakan sabuk keselamatan sebesar 65,1% (95 orang), sedangkan proporsi yang tidak menggunakan sabuk keselamatan sebesar 34,9% (51 orang). Pengemudi yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 37,7% dan yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 62,3%, sebesar 26,7% pengemudi memiliki sikap negatif dan 73,3% pengemudi memiliki sikap positif, pengemudi berumur < 40 tahun sebanyak 71 orang (48,6%) dan yang berumur ? 40 tahun sebanyak 75 orang (51,4%), pengemudi yang berpendidikan rendah sebesar 47,3% dan 52,7% pengemudi berpendidikan tinggi, pengemudi yang memiliki lama kerja < 13,5 tahun dan ? 13,5 tahun jumlahnya sama besar yaitu sebanyak 73 orang. Pengemudi yang memiliki fasilitas sabuk keselamatan di dalam kendaraannya jumlahnya sama besar dengan yang tidak memiliki fasilitas sabuk keselamatan yaitu sebanyak 73 orang. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti ada 4 variabel yang menyatakan ada perbedaan yang bermakna yaitu variabel pengetahuan, sikap, fasilitas dan pengawasan. Namun setelah dilakukan analisis regresi logistik ganda dari 5 variabel yang masuk ke dalam kandidat model dan diduga berhubungan dengan perilaku menggunakan sabuk keselamatan hanya ada 2 variabel yang berpengaruh yaitu variabel pengetahuan dan umur. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku menggunakan sabuk keselamatan pada penelitian ini adalah faktor predisposisi, yaitu pengetahuan dengan nilai OR = 2,687 (95% CI ; 1,253-5,763) yang artinya pengemudi yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai peluang 2,687 kali untuk tidak menggunakan sabuk keselamatan pada saat mengemudi dibandingkan dengan pengemudi yang memiliki pengetahuan rendah. Dari hasil analisis juga diketahui nilai Negelkerke R Square sebesar 6,4%, artinya variabel pengetahuan dapat menjelaskan kejadian perilaku menggunakan sabuk keselamatan hanya sebesar 6,4% dan selebihnya dapat dijelaskan oleh variabel lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan kepada pihakpihak terkait misalnya polisi untuk meningkatkan promosi dan penyuluhan tentang arti pentingnya menggunakan sabuk keselamatan demi mengurangi risiko yang diterima jika terjadi kecelakaan, juga meningkatkan pengawasan penggunaan sabuk keselamatan Untuk kalangan peneliti penulis menyarankan perlunya dilakukan penelitian sejenis dengan meneliti variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan perilaku menggunakan sabuk keselamatan yang tidak diiteliti dalam penelitian ini