Prevalensi dislipidemia pada penderita penyakit jantung koroner di rumah sakit bina Waluya tahun 2008-2009

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit progresif yang telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Berbagai penelitian sebelumnya telah jelas membuktikan peranan primer dislipidemia dalam aterogenesis, sehingga merupakan salah satu faktor risiko utama terhadap penyakit kardiovaskular ini. Di Indonesia prevalensi dislipidemia juga semakin meningkat. Tujuan utama dari studi ini adalah mengetahui prevalensi dislipidemia pada penderita penyakit jantung koroner di RS Bina Waluya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita penyakit jantung koroner yang melakukan pemeriksaan profil lipid di RS Bina Waluya pada Agustus 2008 hingga Agustus 2009, yaitu sebanyak 936 pasien. Pengambilan sampel dilakukan secara exhaustive sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel dengan syarat memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 533 pasien. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16.0. Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang disertai narasi sebagai penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penderita penyakit jantung koroner yang tinggi, yaitu sebesar 64,46 %. Adapun dari 533 penderita penyakit jantung koroner yang melakukan pemeriksaan laboratorium profil lipid, hanya ditemukan 193 (36,2 %) yang memiliki faktor risiko dislipidemia. Prevalensi hiperkolesterolemia (total kolesterol > 200 mg/dl) sebanyak 48,6 %, hipertrigliserida (trigliserida > 150 mg/dl) sebanyak 40,9 %, LDL yang tinggi (>130 mg/dl) sebanyak 43,2 %, dan 58,9 % populasi penelitian untuk HDL rendah (< 45 mg/dl). Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan pentingnya dilakukan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat untuk menjaga pola makan yang sehat dan aktivitas fisik yang memadai, dimana hal itu mempunyai efek proteksi terhadap dislipidemia. Pemeriksaan kadar lemak darah secara teratur terutama pada kelompok risiko tinggi juga perlu dilakukan sebagai deteksi dini faktor penyulit kardiovaskuler. Untuk kalangan peneliti, penulis menyarankan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan dislipidemia dengan berbagai faktor risiko penyakit jantung koroner lainnya dengan menggunakan desain penelitian kohort untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang kuat, karena aterosklerosis merupakan masalah yang paling rumit, bersifat multifaktorial, sehingga menanggapinya harus secara holistik