Analisis kelayakan finansial usahatani padi: studi kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat

Revolusi Hijau merupakan salah satu program yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 1963. Swasembada beras pada tahun 1983-1984 adalah capaian dari program tersebut. Akan tetapi program revolusi hijau berdampak negatif pada kesehatan tanah. Untuk itu pemerintah membuat kebijakan baru terkait program peningkatan produksi padi. Pertanian organik menjadi program alternatif untuk mengganti program revolusi hijau. Pertanian organik dapat membantu membantu memperbaiki struktur tanah yang rusak. Selain itu trend akan hidup sehat dalam mengkonsumsi makanan juga yang mendasari pertanian organik. Meski memiliki prospek yang cerah, tetapi sampai saat ini Indonesia belum bisa mencapai kondisi pertanian organik. Petani masih merasa takut terhadap resiko kegagalan produksi dan hasil panen yang belum tentu lebih banyak dari produksi usahataninya yang sekarang (usahatani konvensional). Maka dari itu, muncul sistem budidaya baru untuk meningkatkan produktivitas dan juga sekaligus dapat memperbaiki struktur tanah yakni SRI (System Rice Intensification). Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang mulai mengembangkan pertanian SRI sejak tahun 2005. Dalam perencanaan pengembangannya, pemerintah daerah melalui BP3K Kecamatan Manonjaya menghadapi banyak permasalahan seperti masih banyak petani padi yang belum mau beralih ke pertanian padi SRI. Keragu-raguan dan pendapatan menjadi alasan utama petani. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk meneliti kelayakan usahatani padi SRI dengan usahatani konvensional dilihat dari aspek finansialnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak terkait khususnya petani padi di Kecamatan Manonjaya sebagai acuan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan usahatani padi yang dijalankan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui kelayakan dari usahatani padi SRI dan usahatani padi konvensional ditinjau dari aspek finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan usahatani padi (SRI dan konvensional apabila terjadi perubahan harga biaya variabel dan penurunan penerimaan. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2014. Data diambil dari 40 petani padi SRI dan 40 petani padi konvensional yang merupakan petani binaan BP3K Kecamatan Manonjaya. Pengambilan sampel menggunakan salah satu bentuk dari metode nonprobability sampling yakni purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi literature. Analisis yang digunakan adalah adalah analisis analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria Net Present value, internal Rate of Return, xi payback period, Net benefit and Cost Ratio dan analisis sensitivitas. Variabel analisis sensitivitas adalah kenaikan harga biaya variabel 6% dan penurunan penerimaan sebesar 10%. Pada analisis kelayakan finansial digunakan 4 skenario perhitungan, yakni skenario I (data asli/normal petani padi), skenario II (data dengan sistem bagi hasil, 60:40), skenario III (data ditambah sewa lahan bayar tiap tahun), dan skenario IV (data ditambah sewa lahan bayar dimuka/tahun ke-0). Hasil dari analisis kelayakan finansial usahatani padi SRI adalah skenario I NPV=175.343.077, Net B/C Ratio=99,98 dan PP=0,04. Skenario II NPV=70.805.769, Net B/C Ratio=40,97 dan PP=0,141. Seknario III NPV=89.610.565, Net B/C Ratio=51,58 dan PP=0,09. Skenario IV NPV=50.343.077, IRR=27,6, Net B/C Ratio=1,4 dan PP=2,88. Untuk skenario I, II, dan III nilai IRR tidak dapat dicari karena nilai NPV terus positif meski menggunakan df hingga 99%. Sedangkan hasil kelayakan finansial untuk usahatani konvensional adalah skenario I NPV=158.637.087, Net B/C Ratio=103,78 dan PP=0,037. Skenario II NPV=74.333.446, Net B/C Ratio=49,16 dan PP=0,081. Skenario III NPV=90.048.847, Net B/C Ratio=59,34 dan PP=0,071. Skenario IV NPV=58.634.856, IRR=33,96, Net B/C Ratio=1,58 dan PP=2,47. Untuk skenario I, II, dan III nilai IRR tidak dapat dicari karena nilai NPV terus positif meski menggunakan df hingga 99%. Dari hasil analisis kelayakan finansial tersebut dapat dikatakan bahwa kedua usahatani padi (SRI dan konvensional) di Kecamatan Manonjaya, sama-sama layak untuk di jalankan dan dikembangkan. Hasil analisis sensitivitas kelayakan finansial dengan asumsi kenaikan biaya variabel sebesar 6%, penurunan penerimaan sebesar 10% dan gabungan keduanya ternyata didapatkan hasil kedua usahatani padi (SRI dan konvensional) masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan